JOGJA – Nama Susilawati Susmono mungkin belum banyak yang mengenal di dunia seni. Apalagi di seni rupa, karena baru mulai mencoba seni rupa sejak 2018. Tapi dia sudah memiliki ratusan karya seni rupa. Belum jika ditambah karya lainnya. Total ada 3.682 karya.

Sebagian karya Susilawati Susmono tersebut dipamerkan dalam Pameran Tunggal Serat Holistik Kehidupan di Jogja Gallery pada 22 Juni hingga 3 Juli nanti. Ada 100 karya, terdiri dari buku, karya ilmiah, sastra, seni lukis, batik, lagu, hingga tari dan rupa.

Karya-karya tersebut merupakan hasil perenungan yang mendalam, sejak 2001 sampai 2019 telah melahirkan total sebanyak 3.680 karya yang terdiri dari 100 Buku, 588 Karya Sastra, 43 Lagu, 15 Tari, 2,479 Serat Al Quran, 285 Manuskrip Serat, 130 Lukisan, 24 Guci, 12 Teko Kaca, satu Tugu Serat dan tiga desain motif Batik. Selain itu, sudah lebih dari 90 event yang digagas dan dilaksanakan baik berupa forum ilmiah seperti seminar, workshop, simposium, lokakarya maupun art performance.

Tapi siapa Susilawati Susmono tersebut? Tidak mudah untuk menyebutnya. Itu karena Susilawati, yang memiliki background di akunting tersebut, juga memiliki karya ilmiah berupa buku. Terlebih Susilawati Susmono juga enggan tampil di depan publik. “Ibu Susilawati Susmono ingin dikenal melalui karyanya,” kata penanggung jawab acara Dr Ellisa Anggraeni STP MSc  dalam jumpa pers Jogja Gallery, Kamis (20/6).

Bagi kurator pameran Mikke Susanto, sosok Susilawati Susmono lebih tepat disebut budayawan. Itu karena melihat dari karya yang sudah dihasilkannya. Pameran Tunggal Serat Holistik yang diselenggarakan ISAQ Center & Yayasan Riyadhatul Ihsan itu, juga disebutnya dengan pameran seni visual. “Kalau pameran seni rupa hanya terbatas lukis, patung, atau grafis. Kalau visual segala hal yang ditonton,” tuturnya.

Mike, yang juga menjadi kurator Pameran Tunggal Serat Holistik itu menilai karya seni rupa yang dihasilkan Susilawati Susmono tergolong unik. Itu karena Susilawati Susmono baru mulai berkarya seni rupa sejak 2018. Mika mengatakan, biasanya bagi yang baru dalam seni rupa tidak berani mengekspresikan pemikirannya. “Biasanya terkait urusan pribadi dalam wujud sosok orang atau pemandangan, tapi karya Susilawati Susmono ini menggambarkan esensi persoalan ketauhidan,” jelasnya.

Humas dan Publikasi Pameran Tunggal Serat Holistik, Bima Himawan Ramantika menambahkan saat acara pembukaan ditampilkan beberapa karya dalam bentuk art performance dengan menampilkan Saskia Tasnim Utami, ISAQ Talent serta didukung oleh Tim Budaya Pathok Negoro Plosokuning.

Menurut dia, pameran pertama ini diadakan di Jogja karena ada keterkaitan dan kedekatan dengan nenek moyang sang pelukis kelahiran Sungailiat Bangka 6 Agustus 1966 yang bergelar Raden Nganten (R Ng) itu. (cr8/pra/ong)