SLEMAN – Beberapa orang yang diduga oknum suporter PSS Sleman melakukan penganiayaan terhadap manajer umum akademi PSS Sleman, Johannes Sugianto, Jumat (21/6).
Ironisnya, insiden setelah pertandingan PSS vs Bhayangkara FC di Stadion Maguwoharjo itu, menimpa orang tua dan terjadi di tempat umum yang dilihat banyak orang.
Kepada wartawan Jo, sapaan Johannes, menuturkan, kejadian bermula saat dirinya tengah berbicara dengan pengurus PSS lainnya di pinggir lapangan. Di dekat para pemain dari kedua tim biasa berdiri sebelum memasuki lapangan.
Lalu, tiba-tiba dia didatang sekitar empat atau lima orang yang tidak menggunakan ID card. Salah seorang di antara mereka kemudian memukul Johannes yang mengakibatkan dia terjatuh.
“Kurang ajar, kenapa nanya-nanya uang BCS (Brigata Curva Sud, salah satu kelompok suporter PSS, red) lewat asisten manajer (PSS) U-16. Saya tidak takut,” ujar salah satu pelaku sambil berteriak.
Meski dipukul pada bagian pinggang, Johanes masih bersabar. Kemudian, saat hendak berbicara, tiba-tiba dari sisi kanan ada oknum suporter yang kembali memukulnya di bagian telinga. Insiden itu berlangsung cepat dan kemudian dilerai beberapa orang di tempat itu.
Usai mengalami penganiayaan, Johannes kemudian melaporkan insiden itu ke Polda DIJ. Dia juga sempat menjalani perawatan di rumah sakit.
“Saya masih merasakan sakit di bagian tulang rusuk dan telinga. Kepala masih terasa pusing dan pundak terasa kaku. Dari pemeriksaan, dokter mengatakan ada tulang rusuk yang retak meski sedikit. Jadi saya akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut,” kata Johannes yang terpaksa tidak bisa mendampingi tim PSS U-16 dan U-18 yang bertanding di Jakarta.
Mengenai ‘uang BCS’ yang dikatakan pelaku, Johannes menjelaskan jika dirinya diminta oleh manajemen untuk menanyakan hasil penjualan tiket pertandingan saat PSS menjamu Arema FC di laga pembukaan Liga 1. Sebab menurutnya, manajemen belum menerima laporan hasil dari penjualan tiket yang ditangani BCS.
“Wajar bila manajemen menanyakan, karena belum ada laporan pertanggungjawaban,” ujar Johannes.
Tidak hanya itu, dirinya juga mengaku heran kenapa suporter yang tidak memiliki kartu identitas (ID card) bisa bebas masuk ke daerah terlarang. Bahkan wartawan saja tidak diizinkan masuk daerah tersebut.
“Kenapa mereka bisa bebas masuk. Padahal, petugas yang menjaga pintu sangat ketat. Wartawan yang punya ID card saja tidak boleh masuk,” jawabnya.
Menanggapi kejadian yang menimpa Johannes, CEO PT Putra Sleman Sembada, Viola Kurniawati mengungkapkan penyesalan dan kekecewaannya. Pihaknya menyerahkan kasus ini kepada pihak yang berwajib.
“Insiden sungguh disesalkan. Mengapa ada orang-orang yang melakukan pengeroyokan terhadap manajer akademi. Kami mendukung bila kasus ini diserahkan kepada pihak yang berwajib. Ini harus diproses secara hukum. Saya juga harus melindungi rekan-rekan yang bekerja di klub ini,” tandasnya. (riz)