GUNUNGKIDUL – Sebagai perusahaan milik daerah, PDAM Tirta Handayani memiliki tanggung jawab terhadap pemenuhan kebutuhan air masyarakat Gunungkidul. Namun demikian, keinginan mengangkat potensi air bawah tanah belum berhasil.
Sejauh ini PDAM Tirta Handayani baru melayani 55,32 persen dari total jumlah penduduk. Baru mampu menyervis 80,51 persen dari total wilayah pelayanan. Selain itu, baru menyasar lebih dari empat ribu sambungan rumah (SR).
Tetapi, realitas tersebut belum sesuai dengan data yang tersaji. Di sejumlah wilayah, pelanggan mengeluhkan distribusi. Air kerap mampet. Penyebabnya, mulai dari kerusakan pompa hingga minimnya sumber air yang bisa diangkat ke permukaan sebagai sumber air PDAM.
Salah satu sumber air yang sudah dimanfaatkan adalah sumber air di Bribin, Kecamatan Semanu. Air yang bisa dimanfaatkan masih terbilang kecil. Yakni, sekitar 200 liter per detik.
Besaran debit air yang terangkat tentu mempengaruhi sebaran distribusi ke pelanggan. ”Karenanya, ada sistem bergilir. Pelanggan giliran mendapatkan air,” kata Direktur Utama PDAM Tirta Handayani Gunungkidul Isnawan Fibrianto saat dihubungi Kamis (4/7).
PDAM tak berpangku tangan. Perusahaan milik Pemkab Gunungkidul itu sedang gencar mencari sumber air baru.
Sekarang ada sepuluh titik sumber air. Ada beberapa sumber air yang siap diangkat airnya. Tentu, tidak semua potensi air yang ada tersebut dapat dimanfaatkan dalam waktu dekat.
”Paling tidak satu tahun atau dua tahun ke depan, beberapa titik bisa diangkat airnya. Terutama yang sudah ada jaringan pipa seperti di Wonosari,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, setiap sumber air dari sepuluh titik itu diprediski rata-rata menghasilkan 7 hingga 20 liter per detik. Harapannya, sumber air baru dapat dimaksimalkan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Terlebih, sejumlah perkantoran pemkab bakal boyongan ke Desa Siraman, Wonosari.
Disinggung mengenai penyertaan modal Rp 5 miliar per tahun hingga 2029 dari kas Pemkab Gunungkidul, Isnawan menyatakan, masih sebatas usulan. Jika terealisasi, dana tersebut bakal digunakan untuk sejumlah program.
Menurut dia, mesin pompa yang dipakai PDAM sering terbakar. ”Terbakar karena mesin penyedot kan berada di dalam air. Meski secara berkala dilakukan pengecekan, potensi kerusakan tidak dapat dicek setiap saat,” ungkapnya.
Harga satu unit pompa mencapai ratusan juta rupiah. Untuk mendapatkan mesin pun tidak bisa secara instan. Harus pesan terlebih dahulu. (gun/amd/fj)