JOGJA – Di tengah sebagian wilayah gagal panen, Kepala Divisi Regional (Divre) Bulog DIJ Rini Andrida optimistis stok beras masih aman. Data Bulog menunjukkan bahwa stok beras per awal Juli mencapai 38 ribu ton.

Berdasar kalkulasi Bulog, stok itu masih mencukupi kebutuhan pangan hingga akhir tahun. Sebab, kalkulasi Bulog juga memperhitungkan antara stok dan analisis pangan. Termasuk di antaranya kondisi kekeringan yang melanda sebagian wilayah DIJ.

GRAFIS: HERPRI KARTUNIS/RADAR JOGJA

”Jadi, walau kekeringan, stok beras di gudang Bulog masih mencukupi,” jelas Rini Sabtu (6/7).

Hitung-hitungan Bulog ini juga mempertimbangkan sebagian petani yang memasuki musim panen saat kemarau. Rini tak menampik bahwa ada petani yang memanen saat pertengahan kemarau. Hanya, kuantitasnya belum mencukupi kebutuhan publik. Toh, para petani saat kemarau cenderung tak menjual hasil panen. Mereka memilih menggunakannya untuk kebutuhan sehari-hari.

”Tapi, penyerapan gabah atau beras akan terus diupayakan sesuai dengan Inpres Nomor 5 tahun 2015. Mekanismenya buy to sale,” ujarnya.

Kebijakan Bulog menyerap gabah atau beras petani itu cukup beralasan. Salah satu BUMN ini tidak hanya menjamin kebutuhan bahan pangan. Lebih dari itu, Bulog juga harus menyalurkan kebutuhan bantuan pangan nontunai (BPNT). Apalagi, Kementerian Sosial telah menunjuk Perum Bulog sebagai manajer suplai program BPNT. Kendati begitu, Rini melihat, kebutuhan suplai untuk BPNT tidak terlalu signifikan. Kebijakan menyerap beras atau gabah petani hanya untuk menjaga ketersediaan pasokan dan stabilitas harga hingga akhir tahun.

”Jadi, stok tidak langsung keluar semua, sehingga sebagai cadangan tetap terpenuhi,” katanya.

Atas dasar itu, Bulog juga intens berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Dispertan) DIJ. Itu untuk memantau masa panen dan masa tanam petani. Ujungnya agar stabilitas pasokan gabah atau beras tetap terjaga. Sebab, stok beras diprediksi bertambah pada November dan Desember.

”Tapi tergantung nanti perkembangan kondisi musimnya. Harapan kami juga panen musim tanam (MT) 1 tidak mundur, sehingga stok kami simultan,” harapnya.

Kepala Dispertan DIJ Sasongko juga menjamin bahwa ketersediaan pangan stabil. Dispertan masih memiliki cadangan panen 35 persen.

”Pasokan hingga April yang telah terpanen 65 persen,” sebutnya.

Karena itu, Sasongko mendorong petani lebih bijaksana. Tidak memaksakan menanam padi saat musim kemarau. Petani bisa berganti palawija. Toh, lumbung padi di DIJ didominasi Sleman dan Gunungkidul. Hasil panen dari dua wilayah itu mampu menjaga stabilitas pangan. Apalagi, sebagian petani di Bumi Handayani juga masih memiliki stok panen musim sebelumnya.

”Polanya panen sekarang dikonsumsi tahun depan,” katanya. (dwi/zam/by)