GUNUNGKIDUL – Jumlah penduduk yang terdampak krisis air bersih terus bertambah. Data terbaru, tercatat 127.977 jiwa penduduk Gunungkidul kesulitan mengakses air bersih. Tersebar di 14 kecamatan.
Di Girisubo terdapat delapan desa (21.718 jiwa) kesulitan air bersih. Paliyan enam desa (16.978 jiwa), Rongkop delapan desa (9.922 jiwa), Tepus lima desa (12.441 jiwa) dan Panggang enam desa (8.310 jiwa).
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gunungkidul telah mengeluarkan Rp 90 juta untuk droping air. Total anggaran yang disediakan Rp 500 juta.
Seorang warga Melikan, Rongkop, Sutemi mengaku terbiasa dengan kekurangan air. Sepanjang hidupnya, ketika musim kemarau, dia selalu ikut antre air dari bantuan pemerintah.
“Kalau bantuan datang, kami rame-rame membawa ember dan jeriken. Sampai sekarang ya ngoten (begitu),” kata Sutemi.
Kepala BPBD Gunungkidul, Edy Basuki mengaku terus berkoordinasi dengan kecamatan memastikan ketercukupan air di masyarakat. Jika anggaran kedaruratan tidak mencukupi, pihaknya akan mengajukan penambahan dana ke BNPB provinsi.
“Tidak semua wilayah terdampak kekeringan bantuan air bersih didroping dari BPBD, di antaranya diampu oleh kecamatan,” kata Edy Basuki.
Enam kecamatan di-backup BPBD meliputi, Purwosari, Girisubo, Rongkop, Tepus, Paliyan, dan Panggang. Wilayah lainnya, pemberian air bersih dilakukan masing-masing kecamatan.
“Jika anggaran mereka habis, bisa mengajukan ke kami. Droping air dari pihak ketiga juga ada,” ujar Edy.
Agar penyaluran bantuan tidak tumpang tindih, sebaiknya dikoordinasikan. Menurut Edy, potensi bertambahnya desa maupun jiwa terdampak kekeringan masih sangat mungkin seiring puncak musim kemarau pada Agustus. (gun/iwa/fj)