JOGJA – Yang belum pernah mencoba makan clorot atau lempeng, tak ada salahnya datang ke Pasar Kangen yang digelar Taman Budaya Yogyakarta (TBY). Sebanyak 220 stan menyajikan makanan dan minuman tempoe doloe. Para pelaku usaha menjual beragam kuliner mulai dari harga Rp 2000 sampai Rp 20.000.

Salah satunya Arifah Rosinati, yang menjual kuliner jadul yakni Sego Wiwit. Menu ini, kata dia, biasa disajikan para petani sebelum masa panen padi tiba. Menu ini merupakan sajian pada Upacara Wiwitan. Upacara ini sebagai wujud ucapan syukur sekaligus selamatan.”Sekarang sawah juga sudah semakin langka, jadi jarang acara wiwitan itu ada,” tuturnya ditemui di salah satu stan Pasar Kangen Jogja Jumat (12/7).

JUAL JAMU: Seorang penjual minuman jamu tradisional menunggu pembeli dalam gelaran Pasar Kangen Jogja 2019 di TBY Jumat (12/7). (GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)

Lanjut Ayik, biasanya sego wiwit ini dibawa menggunakan tampah atau bakul besar yang terbuat dari anyaman bambu. Lauk pauknya pun beragam diantaranya nasi gurih, suwiran ingkung, irisan telur, lalapan, ikan gereh dan sambal gepeng.

Berbagai makanan jadul itu pun dinilai lebih sehat dikonsumsi dibandingkan makanan fast food. “Anak-anak sekarang kenalnya cuma humberger. Padahal makanan dulu, selain enak kandungan gizinya juga lengkap,” kata Kandha Kabudayan atau Kepala Dinas Kebudayaan DIJ Aris Eko Nugroho saat membuka.

Aris juga berpesan kepada para pelaku usaha agar bisa mengembangkan potensinya masing-masing baik di bidang kerajinan maupun kuliner. Tapi dia berpesan dari segi kemasannya supaya dibuat yang menarik. “Dan setelah itu optimalkan potensinya, jangan meniru kalau meniru semua orang bisa. Cuman kalau sudah ada potensi kemudian dikembangkan akan lebih bagus,” pesannya

Penyelenggara Pasar Kangen, Ong Hari Wahyu menuturkan tidak ada perbedaan yang mencolok event tahun ini. Namun antusias para pendaftar meningkat dibandingkan tahun lalu. Tahun lalu yang mendaftar hanya 500 orang, pada tahun ini meningkat tiga kali lipat mecapai 1.500 orang. Dia memperkirakan perputaran ekonomi para pelaku usaha tahun lalu mencapai Rp 1,3 miliar selama sepuluh hari, “Jadi kan per hari mereka hampir rata-rata Rp 6.5 juta dan kami gak dipotong apa-apa,” tuturnya.

Selain stand kuliner jajanan makanan dan minuman tempoe dulu, terdapat 90 stand lainnya diluar itu yakni kerajinan, seni, koleksi jaman dulu, dan lainnya.(cr15/pra/by)