MERASA tidak mendapat keadilan atas kasusnya, Krisna Adi tak menyerah. Diapun bertekad memperjuangkan haknya agar dapat kembali ke dunia sepak bola yang membesarkan namanya.
(Ana R Dewi, Jogja)
NAMA Krisna Adi sempat menjadi perbincangan hangat bagi pecinta sepak bola Indonesia. Ya, mantan pemain PSIM Jogjakarta itu sempat viral dan menjadi bahan hujatan di media sosial lantaran melakukan tendangan asal-asalan dan gagal saat laga Aceh United kontra PSMP Mojokerto dalam lanjutan Liga 2 2018. Dari kejadian itu Komdis PSSI pun memberikan sanksi kepada Krisna berupa larangan bermain sepak bola seumur hidup.
Sudah jatuh tertimpa tangga. Selain disanksi Komdis PSSI, Krisna pun sempat mengalami kecelakaan parah di Jalan Wates Km 7, pada 23 Desember 2018. Keadian tersebut tentu menjadi ujian terberat bagi pemain 24 tahun itu. Kini, setelah tujuh bulan berlalu kondisi Krisna berangsur membaik.
Kemarin, (11/7) wartawan Jawa Pos Radar Jogja berkesempatan mewawancarai Krisna mengenai keadaan serta aktivitasnya pasca disanksi Komdis PSS dan kecelakaan yang nenimpanya.
Saat ditemui, pemain asli Kulonprogo itu dengan santai bercerita dan berbagi kisah yang dia alami. Krisna mengaku legowo atas kasus yang menimpanya. Namun, dia menyatakan suatu saat dirinya akan memperjuangkan keadilan untuk kasusnya. Sebab Krisna merasa ada kejanggalan dari kasus tersebut lantaran hingga kini dia tidak mendapat surat pemanggilan dari Komdis PSSI. “Surat yang ditujukan ke klub saya (PSMP Mojokerto, Red) tidak pernah sampai ke saya,” ujarnya.
Sebetulnya Krisna ingin mengajukan banding ke Komite Banding namun urung dilakukan lantaran terganjal masalah surat sanksi yang tak pernah dia terima. “Saya ingin banding tapi masalahnya apa yang mau dibanding wong surat pemanggilan saja saya tidak dapat,” sesalnya.
“Semoga ada titik terang dari sanksi Komdis tersebut,” harap Krisna. Mantan pemain PSMP Mojokerto itu mengatakan jika hidupnya kini mengalami banyak perubahan. Terlebih, sanksi berupa larangan bermain sepak bola seumur hidup masih menjadi mimpi buruk disepanjang karirnya.
Perbedaan yang dia rasakan cukup besar. “Kalau dulu bermain dan latihan bersama klub. Sekarang saya hanya ikut latihan klub amatir sembari menunggu keajaiban datang kepada saya,” tandasnya.
Untuk mengobati kerinduannya terhadap si kulit bundar, kini Krisna aktif mengikuti latihan bersama klub PS HW UMY. Kegiatan saya sekarang latihan bersama klub masa kecil saya. Terkadang seminggu bisa tiga kali latihan. “Alhamdullilah bekas operasi kecelakaan di kepala sudah berangsur membaik bahkan sudah bisa buat heading,” tutur Krisna.
Dia pun sempat menceritakan awal karirnya. Berawal dari seorang suporter hingga menjadi anak gawang PSIM Jogja. Dia sempat mengikuti diklat PSIM hingga akhirnya bisa bermain di tim utama. Krisna juga pernah menolak untuk kuliah lantaran ingin fokus menggapai cita-cita sebagai pesepak bola profesional. “Ya, dulu orang tua ingin saya kuliah namun saya tidak mau,” ujarnya.
Klub yang pernah dibela Krisna sepanjang karirnya yakni Persiba Bantul- U21, PSIM Jogjakarta, dan PSMP Mojokerto.
Kini, Krisna hanya bisa pasrah terhadap nasibnya. Namun pemain yang identik dengan nomor punggung sembilan itu percaya suatu hari nanti dia bisa kembali bermain sepak bola. “ Tekad saya untuk bermain sepak bola masih membara. Saya punya keinginan dan semangat yang penuh,” tandasnya. (din/by)