JOGJA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DIJ mengimbau droping bantuan air berkoordinasi dengan jajarannya. Terlebih BPBD DIJ telah melakukan pendataan sejumlah kawasan kekeringan.

“Agar bantuan tidak menumpuk di satu lokasi saja. Karena dalam kondisi seperti saat ini kekeringan cenderung bisa merata. Terutama di sejumlah kawasan Gunungkidul,” jelas Kepala Pelaksana BPBD DIJ Biwara Yuswantana Minggu (21/7).

Kawasan Gunungkidul mendapat perhatian khusus. Terlebih Pemkab Gunungkidul telah menyatakan darurat kekeringan per 9 Mei. Hingga saat ini BPBD DIJ telah membantu penyaluran 271 tangki air. Mayoritas bantuan air tersebut disalurkan ke Kabupaten Gunungkidul. Total ada 260 tangki air yang terdistribusi ke 35 desa di enam kecamatan.

Kabupaten Bantul dan Kulonprogo mendapat porsi kecil. Ini karena kedua kawasan tersebut hanya beberapa wilayah yang mengalami kekeringan. Bantul hanya di Kecamatan Imogiri dan Piyungan dengan sembilan tangki. Untuk Kulonprogo berada di Kecamatan Samigaluh dengan tiga tangki air.

“Itu data per bulan Juli saja, ada kemungkinan bertambah. Untuk bulan sebelumnya ada 364 tangki air, itu khusus Gunungkidul saja. Terbanyak di Kecamatan Girisubo sampai 200 tangki air, kedua di Rongkop sebanyak 104 tangki air,” ujar mantan Kabid Pemerintahan Bappeda DIJ itu.

Meski kekeringan melanda tapi tidak semua warga kesulitan air konsumsi. Seperti di kawasan Dusun Blimbing, Desa Girisekar, Panggang Gunungkidul. Warganya masih memanfaatkan keberadaan air telaga Thowet.

Pardi, 52,  warga setempat menuturkan pasokan air konsumsi relatif lancar. Terlebih kawasan tersebut mendapat pasokan air dari dua pipa air sekaligus. Selain milik PDAM adapula satu pipa bantuan dari Jepang.

“Relatif lancar, tapi memang yang PDAM kadang tersendat. Kalau dari Towa (Jepang) malah lebih lancar. Untuk kebutuhan minum ternak terkadang ambil dari telaga. Selama ini memang tidak pernah kering airnya,” jelasnya ditemui beberapa waktu lalu.

Pria sepuh ini menuturkan sumber air telaga berasal dari luweng di bawahnya. Berbeda dengan kawasan lain, telaga Thowet justru tidak pernah kekeringan. Saat musim kemarau hanya mengalami penyusutan. Berbeda dengan beberapa telaga yang berada di sisi barat dusun ini.

“(Warga) Dari Saptosari dan Purwosari terkadang ambil air disini. Tapi dibatasi hanya boleh pakai jerigen. Petani kawasan sini juga beralih ke palawija yang lebih hemat air,” ujarnya. (dwi/pra/by)