JOGJA – Radar Jogja – Suasana di Kelurahan Tegalrejo, Kota Jogja minggu (21/7) berbeda. Kental dengan nuansa Pangeran Diponegoro. Ratusan warga tumplek-blek mengenakan atribut dan kostum khas. Mereka ingin mengenang perjuangan Pangeran Diponegoro melalui kirab budaya.

Ada 15 kelompok dari 12 RW di Kelurahan Tegalrejo berpartisipasi dalam kirab budaya yang kali pertama digelar ini. Mereka mengambil start di Musem Pangeran Diponegoro dan finish di SMPN 7 Jogja.

FOTO: (GUNTUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)

”Agenda ini untuk mengenang Pangeran Diponegoro yang jatuh pada tanggal 20 Juli,” jelas Heru Kuswanto, ketua penyelenggara di sela kirab budaya.

Heru berharap kirab budaya bisa menumbuhkan semangat juang Pangeran Diponegoro kepada masyarakat. Terutama bagi generasi muda.

”Semoga bisa diselenggarakan rutin setiap tahun,” ucapnya.

Di tempat yang sama, Ketua Paguyuban Trah Pangeran Diponegoro Roni Sadewo mengungkapkan, Kelurahan Tegalrejo lekat dengan Pangeran Diponegoro. Pangeran Diponegoro kecil pernah tinggal di Tegalrejo. Persisnya sejak usia tujuh tahun.

Diceritakan, Ratu Ageng, nenek buyutnya pada 1792 mengajak Pangeran Diponegoro tinggal dan membangun Tegalrejo. Dari sebuah gubuk kecil, wilayah ini berkembang menjadi tempat yang makmur.

”Jadi, tempat ini dulu masih betul-betul persawahan. Belum ada istilah kelurahan,” tuturnya.

Saat itu, Ratu Ageng memiliki tanah yang cukup luas. Membentang dari Kwarasan hingga Kasihan. Seluruhnya diwariskan kepada Pangeran Diponegoro. Kepemilikan tanah itu kemudian diberikan kepada rakyat. Yang tersisa hanya sebuah bangunan yang kemudian dijadikan Museum Pangeran Diponegoro.

Ya rumah-rumah yang berdiri sekarang dulu kepemilikan Pangeran,” tambahnya.

Didik, seorang warga mengungkapkan, kirab budaya sebagai bentuk napak tilas perjuangan Pangeran Diponegoro. (cr15/zam/rg)