BANTUL – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul menetapkan status siaga darurat bencana kekeringan. Untuk itu, BPBD mengajukan bantuan dana Rp 2 miliar kepada Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB). Dana itu untuk mengantisipasi dampak kekeringan agar tidak semakin meluas.
“Dengan demikian bantuan dana dapat digunakan untuk betonisasi dan perbaikan sumur-sumur warga yang sudah mulai rusak,” ujar Kepala BPBD Bantul Dwi Daryanto Senin (22/7).
Dwi mengatakan, dampak kekeringan semakin meluas. Dengan wilayah paling besar terdampak kekeringan yakni Kecamatan Piyungan, Imogiri, Pundong, Pleret, Dlingo, dan Pandak. Disusul sebagian kecil wilayah yang mulai kekeringan, seperti Kecamatan Kasihan, Pajangan, dan Sedayu.
“Jika dirata-rata dalam satu wilayah ada 500 KK terdampak kekeringan,” ungkap Dwi. Sehingga dengan betonisasi dan perbaikan sumur yang sudah dibangun masyarakat diharapkan mampu mengurangi dampak kekeringan.
Menurut dwi, pada tahun ini dampak kekeringan lebih luas dibanding tahun sebelumnya. Jumlah sumur warga yang rusak juga kian bertambah.
Dia menuturkan, pengajuan bantuan dilakukan melalui surat siaga darurat bupati Bantul. Yang kemudian dilanjutkan pengajuan bantuan ke BNPB. Dikatakan, saat ini pengajuan masih dalam proses.
“Kalau dari prediksi BMKG menyatakan kekeringan akan semakin panjang pada tahun ini. Untuk antisipasi, BPBD mengupayakan perbaikan, termasuk jaringan saluran air rumah tangga yang saat ini banyak yang rusak,” ungkapnya.
Sebelumnya, Lurah Desa Sriharjo, Imogiri, Titik Istiyawatun Hasanah mengatakan, dampak kekeringan semakin meluas di wilayahnya. Selain berdampak pada tanaman pertanian, juga menyebabkan sumur-sumur warga mengalami kekeringan.
“Sumur-sumur warga yang berlokasi dekat dengan Sungai Oya mulai kering. Tahun ini semakin meluas, sehingga sebagian warga mengandalkan droping air untuk konsumsi dan sebagian memanfaatkan air sungai untuk keperluan mencuci dan mandi,” ungkapnya. (cr6/laz/zl)