JOGJA – Internasionalisasi adalah salah satu program yang gencar dilakukan beberapa universitas di Indonesia. Program ini bertujuan mempererat hubungan antara Indonesia dan beberapa negara di dunia.

Program internasionalisasi juga dijadikan sebagai proses dalam menciptakan suasana akademik yang bernuansa internasional, demi mewujudkan visi sebagai kampus yang bereputasi internasional.

Merespons ini Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) kembali menggelar Summer School 2019 dengan delapan programnya. Ini sesuai dengan kredo kampus “Young and Global”(Muda Mendunia). Program  yang diikuti 162 peserta dari 25 negara ini dibuka di Gedung KH Ibrahim Kampus UMY, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Senin (22/7).

KOMITMEN: Rektor UMY Dr Ir Gunawan Budiyanto MP memberikan sambutan di hadapan para peserta. (SETYAKI A KUSUMA/RADAR JOGJA)

Rektor UMY Dr Ir Gunawan Budiyanto MP, didampingi Wakil Rektor Bidang Kerja Sama dan Internasional Prof Dr Achmad Nurmandi MSc menyampaikan bahwa program ini merupakan sarana untuk menunjukkan kualitas UMY sebagai international-friendly campus. “Harapannya melalui kegiatan ini, UMY semakin dikenal masyarakat internasional,” ujar Gunawan.

Ada delapan program yang dilaksanakan selama tiga minggu. Menyajikan materi sesuai bidang keilmuan setiap program dari fakultas di UMY. Semua prodi di UMY ternyata sangat diminati oleh mahasiswa asing. “Materi kedua yakni tentang traditional event. Masing-masing peserta saling mengenalkan budayanya satu sama lain,” jelasnya.

Selama tiga minggu, peserta akan didampingi sekitar 200 mahasiswa UMY. Mereka membentuk kelompok-kelompok, untuk tukar menukar konsep keilmuan dari masing-masing program studi. Kemudian saling mengenalkan budaya mereka, mengenalkan makanan mereka.

Menurutnya, para peserta melihat ini suatu hal yang unik. Terutama peserta dari luar Asia Tenggara. Mahasiswa Eropa misalnya, antusias untuk mempelajari Islam di Indonesia lewat studi di UMY. Kelompok-kelompok itu kemudian disebar ke beberapa desa dan mereka harus bisa memberikan problem solving untuk masalah yang ada di desa itu. Mereka melakukan riset. Hasilnya didiskusikan sesuai bidang ilmu masing-masing. “Salah satu kegiatan peserta adalah melakukan riset studi tanah longsor di Imogiri Timur,” paparnya.

Kepala Lembaga Kerjasama UMY Eko Priyo Purnomo SIP MSi MRes Phd berharap dengan adanya Summer School ini, mampu mempererat jaringan internasional bagi mahasiswa UMY. Serta mampu memberikan pengalaman bagi mahasiswa asing.

Kegiatan ini diharapkan juga mampu mengintegrasikan Program Summer School antar fakultas di UMY. Rata-rata peserta mengutarakan, melalui Summer School ini mereka berharap bisa belajar secara akademik maupun non akademik. “Agar saat kembali ke negaranya masing-masing dapat membagikan pengalamannya yang unik,” terangnya.

Kepala Kantor Urusan Internasional UMY Yordan Gunawan menjelaskan, delapan  program Summer School yakni International Dental Summer School (IDSS), International Pharmacy Summer School (IPSS), International Tropical Medicine Summer School (ITMSS), Summer Course of Law and Syariah (SCLS), International Nursing Summer School (INSS), International Goverment and Politics Summer School (IGOPSS), International Emergency Nursing Camp (IENC), dan International Tropical Farming Summer School (ITFSS/sudah terlaksana Maret 2019).

“Mahasiswa kedokteran dari Eropa misalnya. Mereka akan berinteraksi langsung dengan warga di puskesmas dan rumah sakit, guna mempelajari malaria yang tidak terdapat di wilayah subtropis. Selain itu akan mengikuti aktivitas yang bersifat budaya, memahami budaya Jawa dengan mengunjungi Kraton, dan mengenalkan Muhammadiyah dengan mengunjungi Kauman,” tambahnya.

Peserta asal Mesir Mohammad Salah mengungkapkan rasa senang bisa mengikuti program ini di UMY. Program ini menjadi peluang baginya untuk lebih mengenal dan mempelajari tentang kepercayaan (agama), bahasa, makanan, lifestyle, pakaian dan lain-lain yang ada di Indonesia.

Kepala Divisi Kajian, Inkubator Agribisnis Fakultas Pertanian UMY Heri Akhmadi SP MA mengungkapkan, secara umum peserta Summer School, spesifik International Tropical Farming Summer School (ITFSS) sangat antusias. Karena mereka mempelajari tidak hanya sesuatu yang baru (berbeda dengan negara tempat mereka berasal) tapi juga perspektif yang baru dalam memahami pertanian. “Semisal tentang Tropical Agriculture, yakni memahami dan mempelajari pertanian di wilayah tropis,’’ jelasnya.

Kultur masyarakat Indonesia (Jogja, misalnya) bertani tidak sekedar berusaha mencari uang dan bekerja tapi juga bagian tugas hidup. “Itulah mengapa kadang usaha pertanian secara ekonomi tidak feasible (layak) tetapi tetap dilakukan karena ada kepuasan dan intangible value (ketenangan batin) yang mereka dapatkan,” urainya.

Dosen Ilmu Pemerintahan UMY Dr Phil Ridho AlHamdi MA menyampaikan Summer School yang diselenggarakan oleh UMY maupun yang secara spesifik oleh International Program of Government Affairs and Administration (IGOV) UMY, ini bertujuan saling bertukar budaya dari negara yang berbeda-beda. Sehingga mahasiswa UMY dan indonesia mengerti tentang perbedaan budaya di negara lain karena peserta berasal dari belasan negara,” tuturnya.(*/din/zl)