Menjadi polisi yang ditugaskan dalam misi perdamaian di Sudan, Afrika tentu berat. Kendala dan tantangan di tanah yang tengah dirundung konflik berkepanjangan menjadi santapan sehari-hari. Dia bersyukur bisa kembali ke Jogja.

JAUH HARI WAWAN S, Sleman

Adalah Brigadir Feri Gunawan. Anggota Subdit Tekkom Bid TIK Polda DIY. Satu dari 140 personel Polri yang tergabung dalam misi kemanusiaan PBB. Di Darfur, Sudan, Afrika.

Tergabung dalam Satgas Garuda Bhayangkara FPU IX, yang dikirim pada 2017. Pria berpostur tinggi tegap itu menjalankan misi bersama tiga orang personel Polda DIY lainnya.

“Kami di sana melakukan pengamanan terhadap aset PBB, pegawai PBB, dan para pengungsi, serta pengawalan,” kata Feri.

Ayah satu anak itu menuturkan, selama tugas banyak yang dia dapatkan. Apalagi setelah melihat kondisi Sudan secara langsung. Dia langsung berkesimpulan jika ada surga, Indonesia adalah letaknya. “Karena memang di sana kondisinya sangat memprihatinkan,” tuturnya.

Kesenjangan sosial, menurut dia ,sangat mencolok di sana. Karena masyarakat sangat sulit mencari kerja. Bahkan untuk makan juga sangat sulit. Lingkungan juga tidak mendukung karena sangat kotor dan banyak penyakit.

Hal itu juga sempat dirasakan olehnya dan 139 personel lain. Bahkan untuk mencari air yang digunakan kebutuhan sehari-hari saja sangat sulit. “Kami sempat seminggu tidak mandi demi menghemat air,” bebernya.

Kekurangan air itu lantaran di Sudan ada dua musim. Panas dan dingin. Saat musim panas, bisa sampai 48 derajad Celcius. Saat musim dingin -4 derajad Celcius. Sehingga dengan suhu yang sangat panas ini, membuat cadangan air berkurang drastis.

Kondisi cuaca ini juga sempat dikeluhkan. Hanya saat awal kedatangan saja. “Memang adaptasi dengan cuaca menjadi kendala. Kalau panas, panas sekali, dingin, dingin sekali,” jelasnya.

Dampak cuaca panas itu, lanjutnya, berpengaruh terhadap ponsel. Ada ponsel yang sampai mati, ada juga yang sampai tidak bisa di-charge. Kendati demikian, hal itu tidak jadi hambatan untuk berkomunikasi.

Selama setahun berada di Sudan, dia menceritakan mengalami dua kali kejadian kriminal. Namun, karena SOP dari PBB dan karena tupoksinya di Sudan bukan untuk menangani kejahatan lokal, maka semua diserahkan ke polisi setempat.

Kejadian pertama adalah perampokan. Terjadi di dekat pos pengamanan pengungsi. Dia lantas ditugaskan untuk menjaga jalan-jalan masuk menuju kamp pengungsian. Agar tidak ada penjahat yang menyusup. Kedua, dia diminta untuk menjaga demonstrasi. “Tapi semua bisa terlaksana dengan lancar,” katanya bersyukur.

Feri mengenang, perjalannya ke Sudan yang tidak dilalui dengan mudah. Sebelumnya, ada seleksi. Dari tiga ribu personel yang mendaftar disaring menjadi 300. Kemudian disusutkan menjadi 150. Dan saat berangkat menjadi 140 personel.

Namun, dari 140 personel yang diberangkatkan, tidak semua bisa pulang ke Tanah Air. Dikarenakan meninggal akibat sakit. “Ada satu personel yang gugur di sana,” sesalnya.

Kendati demikian, dia bersyukur bisa kembali dengan selamat. Sebab, baginya bisa berkumpul dengan istri, anak dan keluarga besar adalah anugerah. “Tapi kalau memang ke depan diberi amanah untuk mengemban tugas serupa saya siap,” tegasnya. (pra/by)