GUNUNGKIDUL – Cerita mengenai sejarah Kadipaten Sumingkir di wilayah Desa Bunder, Kecamatan Patuk mencuat ke permukaan. Karena itu, Pemerintah Desa Bunder meminta kepada Pemkab Gunungkidul agar turun tangan.“Kami berharap pemkab membuat tetenger (tanda) bahwa di wilayah kami ada jejak sejarah Kadipaten Sumingkir,” kata Sekdes Desa Bunder Sidik Hermawan, Jumat (26/7).

Menurut dia tetenger penting supaya peninggalan sejarah tetap aman dan lestari dari generasi sampai ke generasi seterusnya. Dari pemdes sendiri saat ini sedang melengkapi buku mengenai sejarah Kadipaten Sumingkir. “Banyak data di lapangan yang harus dikumpulkan. Kami sudah berkoodinasi dengan Dinas Kebudayaan Kabupaten Gunungkidul,” ujarnya.

Yang dibutuhkan saat ini, kata Sidik adalah perbaikan Makam Panji. Pusaran Adipati Sumingkir, Prawiro Suwarno. Lokasi makam berada di lereng bukit kecil. Sejumlah sisi belum ditalud sehingga rawan longsor. “Pernah ada rencana penganggaran perbaikan talud dari desa. Makam tersebut bukan permakaman umum sehingga belum masuk dalam skala prioritas,” ucapnya.

Untuk itu pihaknya akan kembali berkoordinasi dengan pemkab mengenai hal tersebut. Termasuk di dalamnya megusulkan agar empat ompak batu yang diyakini peninggalan Adipati Prawiro Suwarno dilindungi. “Minimal diberi pagar dan ada tetenger,’’ terangnya.

Sementara itu, Mbah Suwono selaku juru kunci Makam Adipati Prawiro Suwarno membenarkan bahwa kondisi makam memang sangat memprihatinkan. Padahal jika dirunut menggunakan sejarah, ceritanya sangat panjang untuk mendiskripsikan awal mula Gunungkidul. “Niki (ini ) makam kerabat Adipati Prawiro Suwarno. Sireng lor lemahe nggerus. Nek mboten didandani saget ambrol  sedoyo. (Sisi utara terancam longsor, jika dibiarkan lama-lama bisa runtuh semua),” kata mbah Suwono. (gun/din/zl)