BERTAKHTANYA Pangeran Poeger menjadi Susuhunan Paku Buwono I sebenarnya tak bisa diterima rakyat Mataram. Masyarakat Jawa mempertanyakan legitimasi Poeger. Tindakannya merebut paksa takhta dari Amangkurat III merupakan langkah inkonstitusional. Tidak sesuai paugeran dan angger-angger Keraton Mataram.
Harus diakui, Amangkurat III adalah pewaris takhta yang sah. Dia lahir dari permaisuri Amangkurat II. Satu-satunya anak laki-laki dari raja yang bertakhta. Sebelum bergelar Amangkurat III, statusnya putra mahkota. Sesuai aturan legal dan konstitusional.
Tiba-tiba takhtanya digoyang oleh sang paman yang berkoalisi dengan VOC. Meski duduk di atas singgasana, Poeger menyadari proses kemenangannya diwarnai kecurangan. Krisis legitimasi mendera kepemimpinan Poeger. Menyikapi itu, Poeger memanggil pujangga-pujangga keraton. Di bawah pengarahannya, para pujangga seperti Tumenggung Tirtawiguna diminta mengubah cerita Babad Tanah Djawi.
Rekayasa legitimasi dimulai. Dalam Babad Tanah Djawi dilukiskan tampilnya Poeger merupakan takdir. Poeger bisa menjadi raja karena mendapatkan wahyu keprabon. Ceritanya terjadi saat Amangkurat II wafat. Sebelum jenazah dimakamkan, mendadak kelamin Amangkurat II mengalami ereksi. Tegak berdiri. Di ujungnya ada cahaya sebesar lada. Anehnya, dari sekian banyak orang yang ikut menunggu jenazah raja hanya Poeger yang melihatnya.
Karena itu, Poeger mengecup cahaya di ujung kemaluan raja. Usai dikecup, kemaluan raja tidak lagi tegak berdiri. Babad Tanah Djawi menulis sudah menjadi kehendak Allah, Poeger menjadi Susuhunan. Poeger menang menghadapi keponakannya karena kewahyon. Dia mendapatkan wahyu keraton menjadi raja.
Rekayasa kedua ketika ada tenung walanda. Suatu malam ada makhluk hitam tinggi besar mendatangi Istana Kartasura. Makhluk itu bertanya tentang kediaman raja. Lantaran takut dan gemetaran, Amangkurat III justru menunjuk rumah Poeger.
Kedua cerita dalam Babad Tanah Djawi itu sebagai isyarat Poeger menerima wahyu keprabon. Sebaliknya, Amangkurat III malah mengingkarinya. Karena itu, sudah suratan Poeger bertahkta menjadi raja Mataram.
Cerita lain yang dibuat adalah seputar suksesi Amangkurat I. Poeger mendapatkan mandat karena menerima pusaka tombak Kyai Plered dan keris Kyai Mahesanular. Sebaliknya, sang kakak, Amangkurat II, tidak pernah memperoleh mandat menjadi raja.
Kisah meninggalnya Amangkurat I diceritakan karena diracun oleh Amangkurat II melalui air kelapa muda. Sebetulnya raja tahu obat yang diberikan anaknya racun. Tapi, Amangkurat I tetap meminumnya. Sebelum meninggal, Amangkurat I mengeluarkan kutukan. Meski bisa menjadi raja, keturunan Amangkurat II tidak akan lama bertakhta di Mataram.
Setelah berkuasa 25 tahun di Istana Kartasura, Amangkurat II wafat. Penggantinya Amangkurat III hanya bertahan tiga tahun. Dia diturunkan secara paksa oleh Poeger. Selanjutnya, takhta Mataram hingga hari ini diduduki keturunan Paku Buwono I. Bukan dari trah Amangkurat II. Pergeseran dinasti terjadi sejak Poeger naik takhta. Pergeseran diikuti dengan rekayasa legitimasi.(yog/rg/bersambung)