BANTUL – Sempat diremehkan karena masih berusia muda. Itu di antara perjalanan Masduki Rahmad ketika maju sebagai calon lurah Desa Guwosari. Apalagi, lawan yang harus dihadapinya pada pemilihan lurah desa pada Oktober tahun lalu merupakan calon petahana sekaligus seniornya.

”Mungkin karena dianggap kurang mampu mengemban tanggung jawab yang biasanya dipegang orang tua,” kenang Masduki di kantornya belum lama ini.

Tapi, lulusan UIN Sunan Kalijaga ini tak patah arang. Dia berkomitmen ingin membangun kampung kelahirannya. Caranya dengan mencalonkan diri sebagai lurah. Berbagai pendekatan pun dia lakukan untuk meyakinkan calon pemilih.

”Termasuk menawarkan program-program pembangunan,” ucap pria yang dilantik sebagai lurah Guwosari pada 21 November 2018 ini.

Di usianya yang baru menginjak 27 tahun, Masduki tercatat sebagai lurah termuda di Kabupaten Bantul. Kendati begitu, gebrakan Masduki tak kalah dibanding lurah-lurah lain. Bahkan, lebih maju. Sebut saja program penebusan ijazah warganya yang di tahan oleh sekolah.

”Karena ijazah sangat penting. Bisa untuk melamar pekerjaan atau melanjutkan pendidikan,” ujarnya.

Program lain yang digulirkannya adalah pengelolaan sampah. Pria yang pernah menjabat ketua Karang Taruna Diporatna Muda Guwosari ini ingin wilayahnya terbebas dari problem lingkungan.

”Sungai, udara, dan lingkungan harus bersih,” tegas pria yang punya hobi bersepeda ini.

”Niat saya dan sampai sekarang adalah nyawiji bangun desa,” lanjutnya. (cr5/zam/zl)