BANTUL – Sudah masuk musim kemarau, tapi kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) di Bantul masih tinggi. Per Juni 2019 mencapai 980 kasus. Tiga di antaranya meninggal.

Menurut Kepala Seksi Pengendalian dan Penanggulangan Penyakit Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul Sri Wahyu Joko, jumlah kasus tersebut berdasarkan surat keterangan kewaspadaan di Rumah Sakit umum di Bantul. Kasus DBD tersebar di seluruh kecamatan. Tapi paling banyak di Kecamatan Banguntapan, Kasihan, dan Sewon.

Joko yang kerap disapa Dokter menambahkan, perbandingan dengan periode lalu atau lima tahun sebelumnya. Meninggal akibat kasus DBD ada empat orang. Kasus paling tinggi pada 2016 sebanyak 2.441 kasus dalam satu tahun. Tingginya kasus tersebut lantaran saat itu curah hujan tinggi.

“Kalau dibandingkan pertahun cenderung fluktuatif berdasarkan lingkungan dan cuaca,” jelasnya Kamis (1/8).”Itu bukti faktor kebersihan lingkungan dan kesadaran PSN (pengendalian sarang nyamuk) masih kurang,” lanjutnya.

Oki menyebut, faktor cuaca juga berpengaruh pada penyebaran DBD. Jika dimusim penghujan populasi nyamuk lebih meningkat. Karena banyak genangan air.

Dia mengimbau warga Bantul agar menjaga kebersihan lingkungan. Caranya dengan menerapkan pola 3M. Menguras bak mandi, mengubur barang bekas tidak terpakai botol dan lain-lain, dan menutup penampungan air agar tidak tumbuh jentik-jentik. Minimal 2 hari sekali membersihkan tempat penampungan air dan membuang sampah dibuang pada tempatnya. “Juga membiasakan pola hidup bersih dan sehat,” tuturnya.

Kepala Dinkes Maya Sintowati Panji mengatakan, upaya pemberantasan DBD akan selalu dilakukan. Namun, tidak bisa dilakukan hanya satu pihak. Melainkan butuh kerjasama masyarakat. (cr6/pra/fj)