BANTUL – Program asuransi pertanian ternyata kurang diminati petani di Bantul. Penyebabnya karena kurangnya sosialisasi serta merasa jarang gagal panen.
Demikian dikatakan Ketua Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Dusun Kendon, Sumbermulyo, Bambanglipuro, Bantul Suwanto. Banyak petani di dusunnya tidak mengikuti asuransi pertanian.
Alasannya, petani di Dusun Kendon banyak yang kurang wawasan asuransi tersebut. Hal itu juga didorong karena petani di wilayahnya didominasi orang tua dengan latar pendidikan rendah.
Dia menganggap klaim asuransi pertanian melalui proses panjang dan lama. Selain itu, minimnya gagal panen menjadi penyebab petani enggan ikut program asuransi tersebut.
“Alhamdulillah letak geografis tanah pertanian kami sangat mendukung. Sehingga selama ini belum pernah namanya gagal panen. Kalau kurang maksimal biasanya karena pengaruh cuaca,” kata Suwanto (6/8).
Petani lain, Sawab, 50, menganggap program asuransi pertanian kurang sosialisasi. Petani yang memiliki lahan bawang di Kretek tersebut mengatakan belum tahu prosedur mengajukan asuransi.
Dikatakan, belum ada pihak dari pemerintah yang datang memberikan sosialisasi terkait asuransi pertanian. Hal tersebut menjadi alasannya tidak bergabung dengan asuransi.
“Saat ini belum ikut, dan tidak tahu ada asuransi,” kata Sawab.
Kepala Dinas Pertanian, Peternakan, Perikanan, dan Kelautan (Disperpautkan) Bantul Pulung Haryadi menolak anggapan program asuransi pertanian minim sosialisasi. Dia mengklaim pihaknya rutin melakukan sosialisasi program tersebut melalui gapoktan di Bantul.
“Sosialisasi masih berjalan dan terus kami lakukan,” tegas Pulung.
Dia tidak membantah program asuransi pertanian memang sepi peminat. Dia menegaskan kalau pada 2019 belum ada petani yang ikut program tersebut.
Sepinya peminat program asuransi pertanian di Bantul disebabkan para petani keberatan membayar premi. Serta adanya keyakinan potensi gagal di Bantul sangat minim. (cr5/iwa/fj)