HARI-hari ini. Tuhan membuncahkan rahmat bertemu dengan kaum muda berpribadi istimewa. Bukan hanya kreatif. Kaum muda yang berinteraksi secara personal dengan saya adalah figur-figur yang memiliki idealisme, berprestasi, peka terhadap problem lingkungan, mandiri, dan memberi kontribusi bagi Indonesia berkemajuan.
Salah satu kaum muda itu adalah Mas Popo. Panggilan akrab. Nama lengkapnya Ari Prabowo. Saya bersyukur diberi kesempatan bertandang di rumahnya. Bisa belajar banyak hal. Berbincang-bincang dengannya, bisa meng-update ilmu. Wawasan bertambah. Menjadi tidak ketinggalan perkembangan era milenial terkini.
Memasuki kawasan rumahnya sudah terasa aroma unik. Ada banyak barang-barang masa lalu. Ada kotak telepon tempo silam. Ada tempat duduk jadul yang biasa berada di stasiun kereta api. Ada mobil-mobil kuno. Bahkan ada bus bikinan tapak lampau. Masih banyak pernik-pernik barang-barang lain yang dipamerkan di showroom. Seperti menjejakkan langkah. Memutar jam balik arah waktu itu. Sangat jauh ke belakang.
Karena sentuhan kreativitas Mas Popo. Barang-barang tak berharga di-create barang-barang antik. Bernilai. Dan memiliki cita rasa estetika tinggi. Barangkali buah karyanya termasuk karya langka. Tidak banyak anak bangsa menggeluti aktivitas ini.
Keunggulan menempatkan diri menjalankan roda bisnis ekonomi kreatif mendonamisasi kerajaan bisnisnya terus melaju. Karya-karyanya banyak diminati jasa industri pariwasata, hotel, dan kuliner. Pasarnya. Bahkan tidak hanya melingkupi area domestik. Tetapi merambah manca negara. Terutama negara-negara Eropa.
Sebagai bukti bule-bule meminati hasil karyanya. Barusan mitra bisnis mengundang Mas Popo ke Swiss. Kehadirannya ke Swiss secara khusus melihat geliat industri kreatif sesuai dengan bidang garap yang digelutinya. Harapan yang bisa dipetik dari kunjungan ke negara netral ini menyegarkan gagasan agar lahir karya memiliki kebaruan.
Berbincang dengan direktur utama Java & Co menjadi semakin tahu. Ternyata bisnis ekonomi kreatifnya, bukan hanya merenovasi barang kuno. Kaki-kaki bisnisnya melangkah ke periklanan. Dia mempunyai garapan videotron. Dia juga menangani teknologi infomasi. Penerapan teknologi informasi mampu meningkatkan partisipasi masyarakat membayar pajak beberapa kali lipat. Karena tangan dingin Mas Popo beserta tim. Rumah bisnisnya. Semua dirawat dengan baik.
Melihat proses menjalankan bisnis, ada banyak hikmah. Mas Popo bukan lahir dari metropolis. Bukan pula tumbuh dari konglomerat. Bisnisnya juga bukan melanjutkan peninggalan dari generasi sebelumnya.
Mas Popo berkembang dari dusun. Mengoperasikan bisnis dari kampung. Rumah produksinya berada di kampung. Pria berkumis tebal ini merupakan sosok yang menjalankan bisnis secara otentik. Dari nol.
Hebatnya bisnis yang dibangun dari kampung. Meletakkan pondasi manajemen secara kokoh. Bisnis ini sekarang menjadi mercusuar yang melangit. Berhasil menembus pasar internasional.
Pundi-pundi rezeki yang diperoleh tidak hanya dinikmati sendiri. Tetapi rezekinya memberi keberkahan bagi orang lain. Karena perusahaan yang dipimpinanya bisa menampung banyak tenaga kerja. Banyak anak-anak muda kreatif lain, bisa tertampung talentanya.
Hikmah lain dari proses bisnis yang dilakoninya bisa menjadi refleksi diri. Ada value yang menjadi rambu-rambu menjalankan bisnis. Yaitu dia besera tim menghindari relasi orang dalam sekadar memenangkan tender proyek. Prinsip yang dipegangnya untuk memenangkan kompetisi menggunakan bahasa prestasi. Dia selalu menjaga kualitas karya. Masuk hutan belantara. Berkompetisi secara sehat. Menawarkan keunggulan produk jasa yang ditawarkan kepada stakeholder. Bersih dalam menjalankan bisnis. Strategi tersebut justru memuluskan jalan memenangkan berbagai tender.
Dengan mengemudi berbagai gerbong bisnis. Tentunya agendanya amat padat. Namun Mas Popo ikhlas mengalokasikan diri berbagi pengalaman. Mas Popo bersedia menjadi narasumber route show ke sekolah menengah atas. Pada setiap event ini. Mas Popo selalu memberi pesan pada generasi milenial harus menjaga reputasi sejak dini. Jangan ngawur berucap, berpenampilan, dan menggugah keberadaan diri di media sosial.
Sekali melakukan postingan yang tak pantas menjadi rekam jejak seumur hidup. Tindakan ini bisa mengubur asa masa depan. Maka hati-hati bermain-main di media sosial. Agar reputasi diri tetap terjaga. Semoga…!!!
*) Penulis Adalah Dosen Fakultas Psikologi Universitas Ahmad Dahlan.