RADAR JOGJA – Tumbuh kembang anak tak hanya ditentukan oleh faktor genetic. Ketercukupan asupan protein hewani dan nabati menjadi kunci sukses dan hal ini berhubungan erat dengan pola asuh.

Persoalan itu diurai pada Seminar Promosi Konsumsi Protein Hewani dan Nabati Demi Anak Sehat, Tumbuh, dan Cerdas, di Auditorium Fakultas Peternakan UGM, Sabtu (7/9).

Acara ini merupakan rangkaian Lustrum X Fakultas Peternakan, kerja sama Fakultas Peternakan UGM dengan Indonesian Children Care Community (IC3).

Direktur IC3 Prof Dr Ir Ali Agus, DAA, DEA, IPU menjelaskan, tantangan pertama pasca kelahiran anak adalah kesehatan dan tumbuh kembang. “

”umbuh kembang anak dipengaruhi oleh lingkungan fisik dan sosial, juga ditopang oleh protein hewani maupun nabati yang cukup, berkualitas dan berimbang dengan nutrisi lainnya,” ungkap Ali yang juga Dekan Fakultas Peternakan UGM.

Penyediaan protein hewani yang diperoleh dari produk pangan asal hewan seperti daging, telur dan susu merupakan tanggung jawab ilmiah dan profesional dari lulusan Fakultas Peternakan. Tantangan kedua, lanjut dia, adalah pengetahuan dan preferensi orangtua dalam menyediakan pangan yang sehat, bergizi dan berimbang. Sebab penyediaan pangan dan gizi sumber protein perlu kesadaran, kemauan dan kesungguhan, karena bisa tergoda oleh kebutuhan lainnya yang sebenarnya bisa ditangguhkan.

Selanjutnya tantangan ketiga adalah kesibukan orangtua dalam bekerja sehingga tidak lagi sempat memperhatikan pola konsumsi anak-anaknya, bahkan urusan makanan di rumah sepenuhnya diserahkan kepada pengasuh dan atau semata-mata mengikuti kesukaan anak.

Senada, Kepala Seksi Inspeksi Peredaran Pangan Teknologi Baru, Bioterorisme, dan Pertahanan Pangan Badan Pengawas Obat dan Makanan Fitrianna Cahyaningrum, SP, MGz menyatakan, 46 persen penduduk Indonesia termasuk kategori cukup protein.

”Ada 17 persen kurang protein dan 36 persen sangat kurang asupan protein. Kalau status ini terdapat pada anak usia 13 sampai 18 tahun, harus segera ditangani karena  merupakan fase awal produktif untuk pria dan fase awal kesuburan untuk perempuan,” jelasnya.

Fitrianna mengimbau agar dilakukan upaya mengubah preferensi pembelanjaan uang jajan. ”Diupayakan untuk membeli telur ayam saja, yang lebih bergizi bagi anak dan remaja,” tandasnya.

Konsumsi protein hewani ini penting, karena mengandung asam-asam amino esensial yang tidak tergantikan dan tidak bisa diproduksi sendiri oleh tubuh manusia. Asam amino dipergunakan untuk pertumbuhan organ dan untuk membentuk hormon-hormon pertumbuhan. Namun demikian, untuk menyeimbangkan pola makan, protein nabat tetap penting dikonsumsi karena ada nutrisi lain yang terdapat pada bahan pangan sumber protein nabati, namun tidak terdapat pada bahan pangan hewani. (sce/ila)