RADAR JOGJA – Sebagai upaya pembentukan karakter jujur, disiplin, dan cinta tanah air kepada siswanya, Sekolah Dasar (SD) Idea Baru, Kalasan, Sleman menyelenggarakan kelas inspiratif, Sabtu (14/9). Kelas inspiratif menghadirkan guru tamu yang juga merupakan wali murid, yakni wartawan media massa online Ja’farudin. AS.
Dalam kesempatan tersebut, Ja’farudin menyampaikan materi di kelas 1 A, dengan tema “Mengenalkan Profesi Wartawan: Mengajarkan Anti Hoax Sejak Dini untuk Membentuk Karakter Generasi Bangsa yang Jujur Berjiwa Pancasila”.
Dalam menyampaikan materi Ja’far menggunakan bahasa yang mudah dicerna dengan metode bercerita dengan konten yang menghibur. Ketika mdenjelaskan apa itu hoax, dia menggunakan pembanding dongeng atau cerita rakyat dengan contoh berita bohong atau fitnah. Juga contoh berita media massa baik koran, tv, dan media massa online yang merupakan cerita sesuai kenyataan.
“Kalau cerita seperti Malin Kundang itu tidak nyata, tapi tujuannya baik agar anak-anak tidak durhaka kepada orang tua. Penulisnya disebut Sastrawan. Kalau cerita bohong membuat sesama teman bertengkar, Namanya hoax. Penulisnya namanya pembohong. Kalau cerita di koran, di tv, di media massa online yang tidak bohong, namanya berita. Penulisnya adalah wartawan,” katanya di depan siswa SD favorit di Sleman tersebut.
Dalam kesempatan tersebut, wali dari Muadz Fadi Abdalla Ja’far ini juga mengajarkan bagaimana cara menulis berita dengan metode sederhana. Misalnya dengan meminta siswa menulis singkat kisah perjalanan dari berangkat sekolah sampai pulang sekolah, dengan narasumber orang tua dan wali kelasnya.
“Berita itu menceritakan apa, siapa, kapan, dimana, mengapa. Ada wawancara atau pertanyaan kepada narasumber. terpenting adalah memotivasi anak-anak agar jujur dan giat belajar, karena hoax itu muaranya tidak jujur dan kurang pengetahuan,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kelas 1 A Sobirin mengatakan, mengenalkan istilah hoax menjadi penting untuk disampaikan kepada anak-anak didiknya. Menurutnya, hoax berkorelasi dengan pendidikan karakter, yaitu kejujuran. Selain itu juga berkaitan dengan pembentukan jiwa nasionalisme, menjaga persatuan bangsa dan negara.
“Saat ini hoax menjadi salah satu persolan dalam kehidupan masyarakat, karena akibat buruknya bisa menimbulkan pertengkaran, perpecahan antar sesama anak bangsa Indonesia,” imbuhnya.
Menurutnya, meski masih kelas satu siswanya bisa mengikuti materi dengan baik dan antusias, terbukti dengan banyak yang berani bertanya kepada pemateri. “Harapannya siswa bisa memetik pelajaran lain yang belum terakomodir dalam kurikulum, lebih termotifasi untuk lebih giat belajar dan berprestasi,” harapnya.
Sobirin menambahkan, dengan keterlibatan wali murid, akan semakin mengeratkan silaturahmi antara sekolah dan wali murid.
Terpisah, Kepala Sekolah SD Idea Baru Jogjakarta Mudawati, SPd SD mengatakan, kelas inspiratif digelar untuk menjawab tantangan jaman, dimana siswa harus mempunyai kecakapan abad 21, yaitu dia bisa berpikir kritis, membangun komunikasi, menggali, menyampaikan ide dan gagasan. “Diharapkan siswa akan lebih detail, lebih mengerti, lebih memahami, apa yang dia pelajari dari sumbernya langsung atau dari praktisinya langsung sehingga lebih detail,”
Kelas inspiratif juga untuk memotivasi belajar siswa. Menurutnya, ketika siswa mempuyai cita-cita ia akan lebih termotivasi untuk belajar karena mempunyi keinginan yang ingin diraih.
Selain itu, kelas inspiratif untuk memberikan gambaran kepada siswa bahwa profesi itu ada beragam, tidak hanya yang kebanyakan anak-anak tahu. “Profesi itu tidak hanya yang berdasi, yang PNS atau sebagainya tapi ada lebih banyak dari itu ada profesi desain grafis, ada pesulap, ada arsitek, wartawan dan sebagainya yang mungkin untuk anak SD itubelum terlintas,” ujarnya. (*/naf/ila)