RADAR JOGJA – Gagal panen akibat kemarau berkepanjangan terjadi di Kabupaten Magelang. Luasnya mencapai sekitar lima belas hektare di dua kecamatan. Yakni, sembilan hektare di Kecamatan Borodudur dan enam hektare di Kecamatan Salaman

Pemicu gagal panen ini yakni lahan pertanian tak mendapat pasokan air mencukupi. “Ketergantungan air sangat tinggi,” jelas Kepala Bidang Tanaman Pangan dan Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Magelang Eko Widi di kantornya, Rabu (18/9).

Pada Juli tercatat lahan sembilan hektare di Kecamatan Borobudur gagal panen. Gagal panen tersebar di enam desa. Di antaranya, Ngadiharjo seluas 2,7 hektare, Wringin Putih sekitar 3,2 hektare, Tanjungsari seluas 0,75 hektare, Wanurejo seluas 0,75 hektare, dan Borobudur seluas 0,9 hektare.

Gagal panen juga terjadi sepanjang Agustus. Lahannya terletak di Desa Ngargoretno, Kecamatan Salaman. Luas lahannya sekitar enam hektare.

Eko menjelaskan, dinas sudah mengadakan posko untuk membantu petani padi. Dinas membantu petani yang lahannya kekeringan untuk memperoleh air. “Kalau masih ada sumber air, kami bantu pompa. Selalu kami tawarkan, terutama yang menjelang panen,” jelasnya.

Dinas angkat tangan ketika padi masih membutuhkan waktu lama untuk dipanen. Dinas tidak bisa membantu mendapatkan air. Sebab, ongkos operasional pompa terlalu mahal. Sekalipun padi dapat panen tapi secara perhitungan modal dan hasil panen tetap merugi.

“Kalau masih butuh sekitar lima puluh hari lagi. Untuk operasional diesel sehari harus beli solar, katakan enam liter per hari. Ya, enggak jadi untung yang nanam. Kalau tinggal seminggu-dua minggu masih berpeluang untuk bisa panen,” jelasnya.

Bantuan pompa hanya diberikan kepada petani yang sawahnya masih dapat dijangkau air. “Kalau tidak ada air, ya mau bagaimana? Apanya yang dipompa?” jelasnya. (asa/amd)