RADAR JOGJA – Industri parut di Dusun Dalangan, Sendangsari, Minggir, Sleman, sudah berkiprah puluhan tahun. Hingga kini, perajin parut di dusun itu masih bertahan. Meski, jumlahnya berkurang.
Untuk itu, Pemkab Sleman turun tangan. Pemkab memberikan penguatan kelembagaan. Wujudnya yaitu dengan dijadikan sentra industri parut. Selanjutnya, para perajin yang tergabung dalam sentra akan mendapat pendampingan dari pemerintah.
Ketua Sentra Industri Parut Sendangsari Sariyanto menuturkan, permasalahan yang kerap dihadapi adalah usia para perajin parut yang sudah menua. Hingga saat ini generasi muda masih jarang yang mau untuk ikut menggelutiusaha ini.
“Generasi muda itu belum tahu jika sebenarnya parut kalau ditelateni ada nilai ekonomisnya,” ujar Sariyanto di sela-sela acara Pengukuhan Sentra Industri Parut di Dusun Dalangan, Sendangsari, Minggir, Sleman, Rabu (19/9).
Kendati demikian, hasil yang diperoleh dari memproduksi parut memang tidak sebesar pekerjaan lain. Hal ini disadari oleh Sariyanto. Oleh karenanya, sulit untuk meyakinkan generasi muda untuk bergabung.
Saat ini, rata-rata usia perajin sudah di atas 50 tahun. Dari 39 perajin, didominasi ibu rumah tangga. “Memang untuk sambilan saja,” bebernya.
Beberapa kendala lain yang dihadapi yaitu terkait bahan baku. Di antaranya, kayu melinjo yang menjadi bahan baku utama masih harus dipasok dari luar daerah.
Waktu pengerjaan tergolong cukup lama. Satu parut membutuhkan waktu sekitar dua jam. Sedangkan harga jualnya berkisar Rp 10 ribu. “Kalau di sini, rata-rata satu orang sehari (memproduksi) tiga parut. Ada juga yang pernah sepuluh parut sehari,” ujarnya.
Adanya pengukuhan sentra ini, lanjut dia, menjadi angin segar. Sebab, pemerintah masih peduli dengan industri parut tradisional ini. “Harapannya ya bisa didampingi dan membantu kami agar anak muda bisa melestarikan parut dan mungkin bisa berinovasi,” katanya.
Permasalahan industri parut, terutama parut tradisional, telah dipikirkan oleh pemerintah. Apalagi, pada zaman modern ini sudah banyak masyarakat yang meninggalkan parut tradisional dan beralih ke alat yang lebih modern.
“Tapi kami optimistis industri parut ini bisa berkembang, walau memang berat yang terpenting adalah usahanya,” kata Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Sleman Tri Endah Yitnani.
Optimisme yang disampaikan Endah bukan tanpa alasan. Dia melihat, saat ini tren barang antik tengah menjalar di masyarakat. Parut tradisional justru masuk ke kafe menjadi salah satu instalasi dekorasi ruangan yang menarik.
“Ini jadi peluang, sehingga kami dorong agar tidak hanya membuat parut saja, tapi ada turunannya seperti talenan dengan berbagai bentuk yang bisa dijadikan pajangan,” bebernya.
Inovasi itu, kata Endah, bukan hanya demi mempertahankan industri parut tradisional. Lebih dari itu, dia ingin ekonomi masyarakat terangkat. “Jadi, parut ini tidak hanya dipandang sebagai sampingan saja. Ini juga upaya untuk memberikan nilai lebih kepada parut,” terangnya.
Dia juga turut memastikan untuk bisa memberdayakan anak muda. Setelah melihat banyak perajin yang sudah lanjut usia. Caranya yaitu dengan memberikan fasilitasi. “Potensinya ada, tapi memang untuk perekonomian agak berat. Anak muda ini nanti kami beri pendampingan agar tidak hanya parut saja, tapi kerajinan lain dengan ada sentuhan seninya,” ucapnya.
Sementara itu, Wakil Bupati Sleman Sri Muslimatun mengajak agar membeli produk yang dihasilkan usaha kecil dan menengah (UKM) lokal. Sebab, hal tersebut merupakan salah satu cara untuk memajukan potensi UKM di daerah. “Jadikan produk UKM daerah itu menjadi tuan rumah,” katanya.
Muslimatun menyadari banyak parut modern, atau bahkan blender, yang beredar luas di pasaran. Namun, dia optimistis dengan keberadaan parut tradisional. “Karena setiap rumah pasti masih ada parut,” ungkapnya.
Dia meminta semua pihak agar bisa ikut terlibat memajukan industri ini. Pemanfaatan teknologi, kata dia, juga bisa dijadikan peluang untuk memasarkan parut dari Minggir agar bisa lebih luas.
“Pengemasannya sudah bagus, ada pita dan lain sebagainya, tinggal nanti dari penjualan. Anak muda juga jangan malu untuk jualan parut,” pesannya. (har/riz)