RADAR JOGJA – Selokan Mataram, yang diinisiasi Hamengku Buwono IX sebagai saluran irigasi, kini jadi tempat buang sampah. Kondisi itulah yang membuat berbagai kalangan tergerak membersihkan. Salah satunya dari Komunitas Malioboro Classical.
Mereka menilai saat ini banyak sampah yang mengendap atau hanyut terbawa arus air. Ketua Komunitas Malioboro Classical Seno mengatakan saluran irigasi sepanjang kurang lebih 31,2 kilometer itu punya fungsi yang vital. Utamanya untuk pertanian dan perikanan di wilayah Sleman.
“Namun seiring berjalannya waktu kondisinya memprihatinkan,” ujar Seno di sela-sela acara Reresik Selokan Mataram, Minggu (3/11).
Seno dan puluhan relawan lain terjun langsung ke selokan untuk memungut sampah. Dalam satu jam, mereka berhasil memungut sampah dan kemudian dikumpulkan ke dalam kantong plastik besar.
Hanya dalam jarak sekitar 500 meter saja mereka berhasil mengumpulkan puluhan kantong sampah. “Ini membuat selokan menjadi tempat pembuangan sampah yang panjang,” bebernya.
Kegiatan bersih selokan, lanjutnya, hanya sebagai sarana edukasi ke masyarakat. Targetnya, bukan seberapa banyak sampah yang terkumpul. Melainkan bagaimana membenahi perilaku negatif masyarakat.
“Harapannya masyarakat, pedagang dan pengguna jalan tidak membuang sampah sembarangan apalagi di selokan,” tuturnya.
Sementera itu, Ketua Komisi C DPRD Sleman Timbul Saptowo mengatakan bersih-bersih saluran drainase ini harus dilakukan. Apalagi untuk menghadapi musim hujan. Sebab, dia melihat di Sleman masih banyak drainase yang belum berfungsi maksimal.
“Banyak ruas jalan yang tergenang saat hujan,” katanya.
Dia meminta kepada dinas terkait agar turun langsung. Untuk membenahi saluran drainase di Sleman. Apalagi daerah resapan air di Sleman terus berkurang.
Nantinya, dia akan memanggil dinas-dinas terkait untuk bersama-sama mencari solusi. “Karena masalah drainase, masalah banjir itu bukan tanggung jawab satu pihak saja. Ini harus dipikirkan bersama-sama,” ujar politisi PDI Perjuangan ini. (har/pra)