RADAR JOGJA – Awan panas letusan (APL) Gunung Merapi kembali terjadi Sabtu pagi (9/11), tepatnya pukul 06.21. Berdasarkan data BPPTKG Jogjakarta, ketinggian kolom letusan mencapai 1.500 meter.
Seismograf turut mencatat besaran amplitudo mencapai max. 65 mm dengan durasi kisaran 160 detik.
Kepala BPPTKG Jogjakarta Hanik Humaida memastikan status Gunung Merapi tetap waspada. APL, lanjutnya, terjadi akibat akumulasi gas dalam perut gunung aktif tersebut. Proses ini mirip dengan beberapa kejadian APL sebelumnya.
“Iya, untuk penyebabnya masih sama. Proses letusan seperti letusan yang kemarin. Sesuai status waspada, jarak aman tetap radius tiga kilometer dari puncak Merapi,” jelasnya, Sabtu (9/11).
Namun, ditanyakan lebih lanjut Hanik belum bisa memastikan adanya perubahan morfologi maupun deformasi. Termasuk perubahan volume kubah lava pasca terjadinya APL.
Jajarannya tengah melakukan pendataan menggunakan kamera pemantau maupun pesawat nirawak pemantau (drone).
Pasca APL 14 Oktober, volume kubah lava susut hingga 397 meter kubik. Sementara data sebelumnya volume kubah lava mencapai 483 meter kubik. Artinya materi kubah lava berkurang hingga 90 meter kubik saat APL terjadi.
“Kubah lava masih stabil, tapi tidak bisa langsung memperkirakan volume kubah lava pasca APL. Hanya saja aktivitas pagi ini (9/11) hanya letusan kecil. Kemungkinan tidak berpengaruh terhadap volume,” katanya.
BPPTKG turut memantau potensi bahaya sekunder Gunung Merapi. Berupa kiriman material lahar ke sejumlah hulu sungai Merapi. Jajarannya terus berkoordinasi dengan Staklim BMKG dan BPBD terkait potensi luncuran material lahar dingin.
“Intensitas curah hujan tertinggi di minggu ini baru 73,5 mm/jam dengan durasi mencapai 153 menit. Dilaporkan tidak ada luncuran material lahar maupun penambahan aliran sungai yang berhulu Gunung Merapi,” ujarnya. (dwi/riz)