FILM dengan ide dasar berangkat dari mitos yang berlaku di sebagian masyarakat Jawa Tengah, khususnya Temanggung, ini menceritakan seorang perempuan bernama Netta yang setelah dewasa berkunjung kembali ke desa tanah kelahirannya bersama keluarganya untuk menyampaikan amanah berupa pesan dari mendiang sang ibu kepada sang ayah yang telah beristri muda.

Dia bersama ibunya dulu meninggalkan desa karena satu insiden lampor telah merenggut adiknya, yang saat itu msh bayi. Lampor, setan pencabut nyawa pembawa keranda terbang, masih mengancam warga desa bada Isya hingga matahari terbit.

Netta yang kembali ke kampungnya menjadi sasaran nyinyir warga. Dia dituduh telah menjadi sebab lampor terus-terusan mengancam desa. Saat di sana, lampor pun mengancam nyawa anak-anak Netta. Ini mendorong Netta dan suaminya untuk menghadapi ancaman lampor.

Bagiku, visualisasi keranda terbang dalam film ini cukup menyeramkan. Ngeri karena sarat mistis. Namun, justru yang melemahkan keseramannya adalah penggambaran lampornya karena tervisualisasikan sedikit mirip dengan dementor dalam seri Harry Potter. Malah lebih vulgar, terutama bagian jemarinya. Hal ini agak membuat saya geli jadinya.

Motif penggerak sikap karakter utama dalam plot film saya rasa tak cukup kuat. Akan banyak kenapa begitu kenapa begini. Selain itu, rahasia yang diniatkan jadi pelintiran plot pun tak melintir. Hasilnya, film ini lebih sedikit nyaman jika dinikmati adegan cilukbanya saja walau tak seberapa pula mengejutkannya.

Saya tak menyalahkan aspek pemeranan. Memang bahan dasar skripnya saja yang kurang mapan. Dengan epilog yang lagi-lagi jadi penyakit langganan film horror, memaksakan menurut saya film ini bisa dianggap tak memuaskan hasrat penikmat film horor domestik. Hanya idenya saja yang mengangkat mitos lokal, yang sedikit mengangkat “martabat” film ini. Tentu saja, bermartabat perlu diimbangi dengan eksekusi yang nyata. Dan film ini, sayangnya, justru mengulang-ulang formula dari film yang menurunkan martabatnya sendiri. (ila)

*Penulis adalah penggemar film dalam negeri dan penikmat The Chemical Brothers yang bermukim di Jogja Utara