RADAR JOGJA – Bicara Ngayogjazz tentu tak lengkap rasanya tanpa Syaharani. Hampir setiap perhelatan Ngayogjazz, musisi ini tak pernah absen. Bagi Syaharani, Ngayogjazz ibarat candradimuka bagi para musisi. Penuh dengan ide yang inovatif dan eksplorasi.
Dia berharap agar Ngayogjazz tetap lestari siapapun penerusnya. Baginya perhelatan musik ini adalah sebuah legacy dari seorang Djaduk. Mampu mempertemukan ide-ide brilian dalam wadah yang sama.
“Berharap Ngayogjazz bisa diteruskan dan dirawat oleh keluarga, anak-anak atau anak muridnya. Itu adalah titipan seumur hidup untuk semua orang,” katanya saat ditemui di pemakaman Djaduk Ferianto, Rabu (13/11).
Syaharani mamandang Ngayogjazz sebagai karya yang indah. Telah bergabung sejak Ngayogjazz angakatan pertama, tentu banyak kenangan tak terlupakan. Kaget di awal kolaborasi diakui olehnya. Terlebih cita rasa jazz yang dihadirkan berbeda.
“Masterpiece, menarik banget ada unsur suara-suara etnik yang masuk. Kini sebelas tahun berjalan, Ngayogjazz, menurut saya tak hanya menjadi event nasional tapi internasional. Fusion tetap menampilkan jati diri akarnya,” ujarnya.
Sayangnya tahun ini Syaharani tak berkesempatan turut serta. Pada 16 November, dia memiliki jadwal sendiri. Tapi Syaharani telah berjanji untuk datang di pertemuan pasca Ngayogjazz, Minggu (17/11).
Sebagai obat kangen, dia terus memantau perkembangan melalui akun instagram miliknya. Mulai dari rapat dengan perangkat desa lokasi perhelatan. Hingga line up yang akan tampil dalam Ngayogjazz.
“Sudah janjian di rumah mas Aji (Aji Wartono, red). Acara setelah Ngayogjazz itu juga seru. Ngumpul bareng makan gorengan dan bicara musik dan tema lainnya. Pasti akan rindu,” ujarnya. (dwi/riz)