RADAR JOGJA DIGITAL – Edukasi tak hanya berbicara teori dan tulisan semata. Inilah yang dipegang teguh oleh pengelola Taman Pintar Jogjakarta. Kali ini bekerjasama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementrian Kesehatan (Balitbangkes Kemenkes) wujudnya berupa kegiatan penelitian dan pengembangan kesehatan.
Wujud fisik kerjasama ini berupa alat peraga di zona biologi. Alat peraga meliputi beragam jenis tanaman obat. Tak hanya disisi dalam bangun. Berbagai tanaman obat juga akan tersedia di luar ruang. Fungsinya sebagai edukasi bentuk fisik tanaman obat.
“Untuk yang indoor nanti wujudnya dalam tanaman kering. Adapula narasi dan peraga untuk menjelaskan fungsi dan cara mengolah tanaman obat. Lalu untuk outdoor nanti isinya tanaman obatnya,” jelas Kabid Pengelolaan Taman Pintar Afia Rosdiana ditemui usai pembahasan kesepakatan kerjasama di Omah Dhuwur Kotagede, Senin (16/12).
Konsep ini guna menjawab rasa penasaran masyarakat. Nusantara terkenal dengan obat tradisionalnya. Sayangnya belum semua terekpose dengan baik. Padahal beragam jenis tanaman obat bisa dijumpai dalam kehidupan sehari-hari.
Zona ini juga menghadirkan siklus pengolahan sampah. Berawal dari pengumpulan limbah organic. Selanjutnya diolah menjadi pupuk kompos. Hasilnya bisa menjadi penyubur bagi tanaman di kawasan Taman Pintar.
“Kedepannya, badan dan balai lain ikut kerjasama dengan kami. Belajar itu tidak cukup dengan kata-kata dan rumus. Harus memberikan warna yang mencerdaskan dan menyenangkan,” ujarnya.
Kepala Balitbangkes Kemenkes Siswanto berharap kerjasama ini bisa membuka jendela edukasi. Terlebih seluruh alat peraga tak ubahnya laboratorium mini. Pengunjung dapat langsung melihat bahkan menjajal ragam penelitian.
Konsep Taman Pintar, lanjutnya, sangatlah optimal. Bagaimana menghadirkan nilai edukasi namun dengan konsep yang baru. Imbasnya ada rasa ketertarikan untuk belajar. Tak hanya bagi anak-anak usia pelajar tapi juga orang dewasa.
“Kita semua pasti sepakat, belajar itu tidak mengenal usia. Adanya kerjasama ini harapannya semakin membuka jendela ilmu. Dulu mungkin hanya bisa lihat dibuku atau internet, tapi sekarang bisa langsung memegang,” katanya.
Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi berharap pengola museum mengubah pola pikirnya. Tak hanya bersikap pasif menunggu pengunjung. Harus ada inovasi untuk menghadirkan daya tarik. Terutama yang sifatnya interaktif dan komunikatif.
Konsep bertujuan menghadirkan suasana yang baru. Terutama untuk menarik pasar pengunjung yang lebih beragam. Menurutnya jika tak berinovasi, museum bisa tergerus jaman. Terlebih tantangan dalam dunia digital semakin ketat.
“Ada atraktifitas dalam pembelajaran. Harus mengubah mindset museum itu modern, mudah menghibur dan mudah dipahami. Kalau seperti taman pintar harus cermat model aplikasinya. Menghadirkan wujud fisik teori-teori tertulis agar lebih menarik,” pesannya. (dwi/riz)