RADAR JOGJA – “Astaghfirullah, astaghfirullah, astaghfirullah.” Hanya kalimat itulah yang berulang-ulang diucapkan Sri Suyati saat jenazah anak bungsunya, Bripda Fredi Kusbiantoro, diturunkan ke liang lahad kemarin (17/12).

Meski berusaha tegar, Sri tak henti meneteskan air mata. Dia seakan tak percaya kehilangan buah hati kebanggaan keluarga itu.

Dikutip dari JawaPos, Fredi adalah satu di antara tiga anggota Brimob Polda Jatim yang tewas saat menjalani pelatihan di Gunung Ringgit, Pasuruan, Senin lalu (16/12).

Dua korban lainnya adalah Bripda Rizky Setiawan Pratama dan Bripda Wisnu Mukti S. Kemarin ketiga jenazah dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.

Fredi dimakamkan di TPU Desa Simo, Kecamatan Slahung, Ponorogo. Bripda Rizky diterbangkan ke Pekanbaru dan Bripda Wisnu dimakamkan di Semarang.

Jatmiko, 40, kakak ipar Fredi, menerima kabar duka itu dari petugas babhinkamtibmas pada Senin siang. Dia tersentak seakan tak percaya. Sebab, Minggu malamnya, dia masih berkomunikasi dengan Fredi melalui telepon. Kala itu, Fredi meminta dikirimi pulsa Rp 50 ribu.

’’Waktu itu juga tidak ada firasat apa-apa,’’ ungkap Jatmiko kepada Jawa Pos Radar Ponorogo.

Fredi berasal dari keluarga sederhana. Ayahnya, Wardoyo, adalah petani. Ibunya membuka toko kelontong kecil. Karena itu, keluarganya sangat bangga saat si bungsu diterima sebagai anggota kepolisian.

Kesedihan juga dirasakan Dewi Zuniawati, kekasih Fredi. Perempuan 24 tahun itu menangis sejak jenazah tiba hingga prosesi pemakaman selesai. ’’Sudah bilang (Fredi, Red) kalau ingin menikah,’’ tutur Wardoyo.

Pemakaman Fredi kemarin dipimpin langsung oleh Dansatbrimob Polda Jatim Kombespol I Ketut Wijatmika. ’’Saya merasa kehilangan. Kami doakan semoga almarhum diterima di sisi Tuhan,’’ ucapnya.

Sebagaimana diberitakan, tiga siswa Brimob tewas tersambar petir saat mengikuti pelatihan di Gunung Ringgit, Pasuruan, Senin lalu. Insiden tersebut terjadi di tengah hujan deras yang mengguyur sebagian kawasan Pasuruan.

Sementara itu, dari pemantauan Jawa Pos di Surabaya, tiga jenazah korban tiba di Rumah Sakit Bhayangkara, Surabaya, pukul 02.45 kemarin (17/12). Tiga jenazah itu diangkat dan dipindahkan secara perlahan oleh satu kompi pasukan Brimob Batalyon A Medaeng, Sidoarjo, ke ruang jenazah.

Tiga jam kemudian, sekitar pukul 07.00, tiga jenazah tersebut dipulangkan ke kampung halaman masing-masing.

Kabid Kesjas Korps Brimob Kombespol Djarot Wibowo menjelaskan, tiga korban tersebut memang tersambar petir. Namun, soal korban yang luka-luka, dia menyatakan, mereka tidak tersambar petir.

’’Mereka hanya kecapekan. Kelelahan saat pembaretan. Jumlah yang dirawat sembilan orang,’’ jelasnya saat mengunjungi siswa yang dirawat di RS Bhayangkara Surabaya kemarin.

Dia menegaskan, lokasi kejadian memang merupakan jalur yang biasanya digunakan untuk pembaretan. Dia mengakui, medan latihan untuk mendapatkan baret tersebut terbilang sulit dan berat.

Sembilan orang yang dirawat itu adalah Brigpol Syamsul Rijal, Bripda Ryan Andoko, Bripda Moh. Eka, Bripda Munzir, dan Bripda Intan. Kemudian, Bripda Dicky F., Bripda Tyo, Bripda Wahyu, dan Bripka Purwanto. Seorang di antara mereka adalah brigadir polisi perempuan.

Sementara itu, evakuasi dilakukan terhadap semua siswa Dikbangpes Pusdik Brimob Watukosek, Gempol, yang selamat di Gunung Ringgit. Evakuasi dimulai Senin dan tuntas Selasa siang (17/12). Pantauan Jawa Pos Radar Bromo, proses evakuasi melibatkan puluhan personel dari Pusdik Brimob Watukosek dan Polda Jatim.

Semua siswa yang selamat dievakuasi melalui jalur Welirang. Sedangkan tiga korban tewas dievakuasi pada Selasa (17/12) sekitar pukul 01.00.

Sementara itu, para siswa terpisah sejak sebelum musibah. Sebanyak 491 siswa berada di Gunung Ringgit. Sedangkan 268 siswa sudah melewati Gunung Ringgit dan mengarah ke jalur Welirang. Mereka yang sudah melewati Gunung Ringgit itulah yang tersambar petir.

Setelah musibah tersebut, para siswa yang berada di Gunung Ringgit langsung dievakuasi menuju Dusun Talunongko, Desa Dayurejo, Kecamatan Prigen. Sedangkan yang sudah melewati Gunung Ringgit diizinkan untuk beristirahat di pondokan di lereng Welirang.

Lalu, kemarin pukul 06.00 barulah mereka dievakuasi melewati jalur Welirang menuju pos pendakian Tretes. Mereka sampai secara bergelombang di pos itu sekitar pukul 11.00 kemarin.

”Ada 759 siswa yang naik ke Gunung Ringgit. Di tengah perjalanan, turun hujan lebat. Tiga meninggal,” jelas Kapusdik Brimob Watukosek Kombespol Almas Widodo Kolopaking.

Menurut dia, evakuasi korban luka-luka dilakukan paling awal. Dilanjutkan dengan evakuasi tiga siswa yang meninggal.

”Para korban sudah dievakuasi. Semuanya dibawa ke RS Bhayangkara Polda Jatim di Surabaya,” ungkapnya. Faktor medan yang berat dan hujan deras membuat proses evakuasi memakan waktu sekitar 12 jam.

Setiba di Tretes, para siswa langsung masuk ke truk yang diparkir berjejer di tepi Jalan Arjuno, Kelurahan Pecalukan. Total, 12 truk dan 1 bus dikerahkan. ”Kami pastikan semuanya terevakuasi. Tidak ada yang tersesat atau hilang,” terang dia.

Kegiatan itu, menurut dia, merupakan latihan berganda untuk penutupan pendidikan pengembangan spesialisasi Brimob. Sedangkan pendidikannya sudah selesai.

”Itu adalah tahap akhir, melakukan latihan penyerangan ke Welirang via Ringgit. Sekaligus pembinaan tradisi (bintra). Di tengah perjalanan, terjadi musibah ini,” papar dia. (jpc/riz)