RADAR JOGJA – Dinas Lingkungan Kota (DLH) Kota Jogja kelimpungan menghadapi lonjakan sampah saat puncak pergantian tahun. Penyebab utamanya adalah banyaknya sampah tercecer. Mayoritas sampah pengunjung tidak dibuang pada tempatnya.

Tercatat lonjakan sampah dari malam pergantian tahun baru mencapai 15 ton. Seluruhnya terkumpul dari sepanjang ruas jalan simpang empat Tugu Pal Putih, Mangkubumi, Malioboro, Titik Nol Kilometer hingga Alun-Alun Utara. Jumlah ini meningkat 2 hingga 3 ton dibanding perayaan tahun baru sebelumnya. 

“Sebenarnya volume sampah ini tidak jadi masalah bagi kami. Tapi yang membuat kelabakan karena sampah dibuang tidak pada tempatnya. Padahal kami sudah menyediakan trash bag di sepanjang titik itu,” jelas Kepala Seksi Penanganan Sampah DLH Kota Jogja Heryoko, Kamis (2/1).

Antisipasi sampah tahun baru, DLH Kota Jogja menyiagakan 45 petugas kebersihan untuk membersihkan sampah di jalanan dan mengambil trash bag. Sayangnya tidak berlangsung efektif karena banyaknya sampah yang tercecer.

Heryoko menuturkan sampah tercecer mencapai 80 persen. Seluruh sampah tersebut ditemukan di sepanjang pedestrian. Termasuk sampah yang dibuang di bawah kursi pedestrian.

“Bukan masalah tempat sampahnya, tapi kesadaran. Kalau jumlahnya banyak tidak masalah asal pada tempatnya,” keluhnya.

Kondisi ini tidak hanya berlangsung selama puncak pergantian tahun. Terbukti masih ada sampah yang tercecer di sepanjang pedestrian. Mayoritas dibuang di pinggiran pedestrian, tepatnya sisi tanaman.

Berdasarkan pengamatan Radar Jogja, kondisi tempat sampah tidak penuh. Artinya masih bisa menampung sampah milik pengunjung Malioboro. Inilah yang dikeluhkan oleh petugas lapangan DLH Kota Jogja.

“Paling utama memang kesadaran wisatawan yang berkunjung ke Malioboro. Banyaknya tempat sampah nyatanya tidak membuat wisatawan sadar,” katanya.

Ceceran sampah-sampah didominasi plastik dan cup-cup minuman. Tisu-tisu yang dibuang sembarangan wisatawan juga menyulitkan petugas. Adapula tusuk sate yang dibuang di sisi luar tempat sampah.

Heryoko memprediksi kondisi ini masih berlangsung hingga Minggu (5/1). Antisipasi dengan menyiagakan 30 personel setiap harinya. Masih ditambah tiga dump truk untuk mengangkut sampah ke TPST Piyungan.

“Sampah tercecer menyusahkan karena ukurannya kecil, harus telaten mengambilnya. Paling banyak cup minuman, plastik bekas siomay dan bekas tusuk sate,” ujarnya. (dwi/tif)