RADAR JOGJA – Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPDB) DIJ telah memetakan delapan kawasan rawan longsor dan banjir. Mayoritas berada di kawasan perbukitan Menoreh kabupaten Kulonprogo. Menyusul kemudian sejumlah titik di Gunungkidul dan Bantul.

Kepala Pelaksana BPBD DIJ Biwara Yuswantana menuturkan pemetaan berlangsung selama medio 2019. Salah satu acuannya adalah dampak Siklon Tropis Cempaka beberapa tahun lalu. Tertuang pula dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2019 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah.

“Titik rawan longsor perbukitan Menoreh seperti daerah Kalibawang, Girimulyo, Kokap dan Samigaluh. Lalu untuk Gunungkidul daerah Gedangsari, Patuk, Ngawen dan sekitarnya. Kalau Bantul daerah perbukitan yang berbatasan dengan Gunungkidul,” jelasnya usai apel siaga bencana di Mako Brimob Polda DIJ, Selasa (7/1).

Secara teknis pengawasan memanfaatkan beragam metode. Salah satunya pemasangan early warning system (EWS) di sejumlah daerah rawan khususnya tanah bergerak dan tanah longsor di perbukitan. Saat ini ada enam EWS yang terpasang di Kulonprogo dan Bantul. Masing-masing tiga EWS terpasang di kawasan perbukitan. Biwara memastikan EWS berfungsi optimal dan real time. Sehingga dapat memberikan laporan langsung apabila ada pergerakan tanah.

“EWS laporannya sudah real time, jadi bisa langsung pemetaan ancaman bahaya. Termasuk jika terjadi hujan dalam durasi lama. Langkah strategis awal meminta warga sekitar mengungsi sementara sebagai antisipasi longsor,” ujarnya.

Tak sekadar memanfaatkan teknologi, dilakukan pula penyiagaan tim relawan. Biwara meminta seluruh BPBD Kota dan Kabupaten siaga dengan membentuk posko kesiapsiagaan bencana. Seperti 10 posko yang berada di kawasan perbukitan Dlingo Bantul.

BPBD juga memberikan beragam edukasi ke masyarakat berupa manajemen dan mitigasi bencana kepada masyarakat. Tak terhenti sampai di sini, instansi kebencanaan ini juga membentuk Destana. Tujuannya untuk membangun kesiapsiagaan yang lebih peka terhadap gejala-gejala bencana alam.

“Kami juga terus berkoordinasi dengan Stasiun Klimatologi BMKG Jogjakarta. Terbaru, peringatan dini yang diperpanjang. Info terbaru kondisi cuaca ekstrem berlangsung hingga Rabu (8/1),” katanya.

Terkait anggaran, Biwara menjamin aman. Pemprov DIJ, lanjutnya, telah menyiagakan dana tak terduga sebesar Rp 14 Miliar. Dana tersebut akan keluar apabila terjadi kondisi tertentu. Terlebih jika penanganan memerlukan intensitas yang lebih tinggi.

“Anggaran dana tak terduga ada Rp 14 miliar, tapi kalau kondisi tidak kedaruratan menggunakan anggaran yang sudah ada. Masih sangat mencukupi untuk saat ini,” katanya. (dwi/tif)