Sebanyak 30 siswa SLTA se-Kulonprogo mengikuti pelatihan produksi film pendek dan dokumentasi potensi lokal di Gedung Kesenian Kulonprogo, Kamis (9/1). Hasil karya mereka akan dilombakan dengan karya sineas muda lainnya dari 20 kota/kabuaten se-Indonesia.
HENDRI UTOMO, Kulonprogo, Radar Jogja
Tidak tanggung-tanggung, film pendek hasil produki anak-anak muda Kulonprogo ini nantinya akan ditayangkan di bioskop. Bahkan jika terpilih menjadi film terbaik, mendapat kesempatan berkiprah di kancah film internasional.
Pelatihan ini didukung Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf) dan VIU. Mereka mendapat pelatihan dalam workshop film pendek selama 12 hari. Para peserta nantinya digadang bisa menggali potesi daerah yang ada dalam sebuah film pendek dengan cita rasa internasional.
Head Mentor VIU Short Kulonprogo Athar Sujatmiko mengatakan, selain mendapat pelatihan pembuatan film hingga post production, karya lokal anak SMK/SMA ini juga bisa ditonton di 12 negara di Asia secara online. “Produksi film amatir buatan pelajar Maumere bahkan mampu menang dalam Cannes Festival Film Internasional 2019,” ungkapnya.
Senior Vice Presiden VIU Short Mira Suraryo menjelaskan, VIU merupakan layanan over de top dengan platform digital. Melalui aplikasi yang disediakan, pemirsa bisa menikmati video atau karya sineas muda dan kini sudah beroperasi di 17 negara di dunia.
VIU sudah ada sejak 2016 dan berpusat di Hongkong. Misi VIU tidak hanya menjadi platform layanan teknis satu arah. “Pemirsa tidak hanya menyaksikan, tetapi juga bisa proaktif, membuat hasil karya dan talenta ke panggung dunia. Endingnya kami ingin ikut meningkatkan ekonomi warga,” jelasnya.
Menurutnya, generasi muda memiliki minat dan bakat di dunia perfilman. Banyak potensi lokal yang bisa diangkat ke dunia internasional. Kegiatan VIU Short sengaja menyesuaikan tahun ajaran, workshop atau pelatihan kali ini merupakan kali kedua yang akan dihelat hingga April 2020 mendatang.
“Kami mulai dari Indonesia barat, dengan target 20 kabupaten/kota. Tidak hanya mendidik mereka membuat film, namun juga menanamkan kecintaan dan kebanggaan dengan daerah asal mereka. Dengan begitu ciri film pendek yang dibuat yakni local content berkualitas internasional,” ujarnya.
Salah seorang peserta Indah Wijaya Kusuma mengungkapkan, banyak ilmu dalam dunia perfilm ini yang dapat dalam workshop kali ini. “Saya sangat tertarik dengan pelatihan ini. Minimal saya bisa membuat film dengan piranti yang ada. Syukur bisa membuat karya dengan dukungan peralatan atau piranti yang mumpuni. Banyak ilmu yang saya dapatkan,” ujarnya.
Kepala Dinas Kebudayaan Kulonprogo Untung Waluyo mengatakan, pihaknya sudah sempat membuat sekolah film sejak 2019. “Atas nama pemkab kami sangat mengapresiasi dan berterimakasih dengan kegiatan ini. Kulonprogo memiliki potensi dan kekayaan sejarah yang layak diangkat dalam film pendek untuk mengenalkan potensi yang ada,” katanya. (laz/tif)