RADAR JOGJA – Sekolah semestinya menjadi rumah yang aman untuk siswa. Bukan hanya aman fisik, namun juga aman untuk psikis anak didiknya.
Menanggapi banyaknya kasus pencabulan siswa oleh oknum guru, psikolog dari Universitas Sanata Dharma (USD) Jogja Heri Widodo menjelaskan, seorang pendidik harus memiliki tanggung jawab besar untuk membangun generasi muda. Adanya kejadian oknum guru yang melakukan pencabulan, sangat menghancurkan masa depan peserta didik.
Melalui kejadian itu, siswa akan mengalami trauma selama hidupnya dan harus mendapatkan pendampingan psikolog. Adanya trauma, tambah Heri, nantinya akan menghambat masalah relasi, kepercayaan dan menjalin relasi heteroseksual.
“Anak-anak akan merasakan takut, marah, bersalah, dan perasaan jijik. Lalu, akan kena terhadap harga dirinya,” jelas Heri, Minggu (12/1).
Menurut Heri, pendampingan yang perlu dilakukan adalah memastikan anak atau siswa tidak merasa bersalah terhadap kejadian yang menimpanya. Anak harus diyakinkan bahwa kejadian itu di luar kendalinya, sehingga anak tidak perlu menyalahkan dirinya.
“Harga dirinya kemudian dijaga agar dia tetap merasa dijaga. Tetap merasa berharga dan menjadi pribadi layak. Jangan sampai anak menjadi pendiam dan menarik diri karena takut serta minder,” tambah Heri.
Heri menekankan, orang tua juga tidak boleh menyerahkan anak sepenuhnya kepada sekolah. Orang tua juga perlu terlibat menjadi komite, karena pendidikan anak adalah tanggung jawab bersama.
Staf Khusus Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Bidang Pengembangan Profesi Guru Iwan Syahril menyayangkan adanya tindakan kekerasan maupun pelecehan yang dialami siswa di lingkungan sekolah. Hal ini jelas bertentangan dan menyalahi norma sosial, bahkan agama.
Iwan menambahkan, guru yang memang terbukti melakukan tindakan tidak terpuji, haruslah ditindak tegas. Iwan juga meminta Dinas Pendidikan segera menindaklanjuti kasus dan memberikan perhatian kepada korban. “Korban harus dibantu untuk bantuan hukum dan bantuan untuk trauma,” jelasnya. (eno/laz)