RADAR JOGJA – Dokter Spesialis Anak RSUP Sardjito Amalia memastikan balita asal Shanghai, Tiongkok negatif Neo Corona Virus (NCOV). Dia memastikan balita usia tiga tahun tersebut hanya menderita demam, batuk, dan pilek biasa.

Hasil pemeriksaan menunjukkan tak ada sesak nafas. Termasuk indikasi adanya pneumonia atau radang paru-paru.

Pasien, lanjutnya, mengalami penurunan nafsu makan dan minum. Kondisi ini terjadi akibat dampak perjalanan jauh.
“Memang pasien tidak mau makan. Inilah yang menyebabkan kondisi kesehatan drop, akibat capek ditambah perbedaan cuaca. Langkah penanganan awal kami berikan cairan tambahan,” jelasnya ditemui di Ruang Webinar Gedung Diklat RSUP Sardjito, Rabu (29/1).

Berkat penanganan ini, kondisi balita sudah mulai membaik. Amalia memastikan pasien sudah mulai mau makan. Suhu tubuh sudah mendekati stabil. Pasien, lanjutnya, juga sudah tidak mengalami demam. Walau kondisi tubuh belum sepenuhnya fit.

Alhamdulilah kondisi siang ini sudah tidak demam. Batuk juga sudah mulai berkurang dan sudah mau makan. Infus juga sudah kami lepas. Tidak ada pneumonia, paru-parunya bersih. Tidak mengarah kesana (NCOV),” ujarnya.

Ketua Komite Pencegahan dan Pengendalian Infeksi RSUP Sardjito Andaru Dahesih Dewi menegaskan pasien benar-benar bersih dari NCOV. Pernyataan ini juga untuk menegaskan isu-isu sebelumnya. RSUP Dr Sardjito sempat diisukan tengah merawat pasien dengan NCOV.
Pemeriksaan, lanjutnya, tidak selamanya identik dengan NCOV. Sebagai rumah sakit rujukan nasional wabah NCOV, Sardjito harus selalu siap. Termasuk menerima pasien yang melakukan medical check-up. Terutama pasien yang berasal maupun yang baru saja berkunjung dari negara Tiongkok.

“Penanganan itu sudah sesuai dengan standar tentang pencegahan infeksi. Khusus corona, Kemenkes sudah memberikan panduannya,” jelasnya.

Dia memastikan mondoknya pasien balita bukan karena NCOV. Tindakan ini diambil agar pasien balita cepat pulih dan sehat. Termasuk penempatan balita asal Shanghai, Tiongkok ini di ruang isolasi. Unsur kewaspadaan tetap menjadi pegangan dalam penanganan pasien.

“Pertimbangannya karena rujukan ada batik pilek dan deman. Ditambah berasal dari Tiongkok. Kalaupun waspada tapi levelnya hanya di pemantauan atau kategori pertama. Faktanya kondisi pasien saat ini sudah berangsur membaik,” ujarnya.

Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUP Sardjito Windarwati menuturkan, pemeriksaan tak hanya bersifat lokal. Hasil pemeriksaan juga dikirimkan ke Litbangkes Kementerian Kesehatan. Tujuannya agar seluruh data dan informasi terpantau secara nasional.(dwi/ila)