RADAR JOGJA – Jagad kuliner Jogjakarta berduka. Utamanya penggemar mi ayam di DIJ. Legenda kuliner per-mie ayam-an, Tumini, meninggal dunia.
Perempuan paro baya ini meninggal di usia 52 tahun. Penyebabnya belum diketahui pasti, tapi kabar beredar akibat menderita sakit.
Kepala Desa Jatiayu Gunungkidul Giyono membenarkan kabar tersebut. Tumini tercatat sebagai warga Desanya. Tepatnya berasal dari Dusun Sawahan, Jatiayu Kecamatan Karangmojo Gunungkidul.
“Benar, Bu Tumini yang jualan mi ayam. Meninggalnya sudah semalam (7/2) sekitar jam sepuluh (22.00). Sempat dirawat di rumah sakit di Jogjakarta sebelum dibawa ke sini (Jatiayu),” jelasnya dihubungi melalui sambungan telepon, Sabtu (8/2).
Giyono mendapatkan informasi dari kerabat almarhumah. Penyebab utama adalah sakit. Keluarga, lanjutnya, bercerita bahwa Tumini mengalami sesak nafas. Setelahnya pingsan dan terjatuh.
Giyono menceritakan bahwa Tumini sempat dibawa ke rumah sakit. Sayangnya jiwa sang maestro mie ayam itu tak bisa tertolong. Hingga akhirnya dokter memastikan Tumini telah tiada pukul 22.00.
“Posisi saat sesak napas di rumahnya di kawasan Giwangan, Umbulharjo. Keluarga bilangnya sesak napas, lalu saat mau ke kamar mandi malah jatuh dan pingsan dan langsung dibawa ke rumah sakit. Setelah dibawa ke rumah sakit langsung dibawa dan dimakamkan di Jatiayu,” katanya.
Jenazah Tumini dimakamkan di pemakaman Sawahan 13 Desa Jatiayu Kecamatan Karangmojo Gunungkidul. Tepatnya bersanding dengan makam sang suami. Prosesi pemakaman berlangsung pukul 11.00, Sabtu (8/2).
“Kalau suaminya asli sini (Jatiayu) tapi sudah meninggal dunia akibat kecelakaan. Keduanya sudah ber-KTP Jatiayu,” katanya.
Giyono sempat mengenal sosok legenda hidup kuliner ini. Berdasarkan catatan kependudukan, Tumini berasal dari Salatiga Jawa Tengah. Tercatat pula Tumini memiliki empat orang anak.
Tumini sempat melanglang buana di daerah Jawa Tengah. Membuka usaha yang sama sebelum akhirnya memutuskan hijrah ke jalan Imogiri Timur tepatnya utara terminal Giwangan Umbulharjo. Tercatat saat ini Mie Ayam Tumini juga telah membuka beberapa cabang.
“Kalau tidak salah dulu sempat buka di Semarang sekitar tahun 1980an. Lalu pindah ke Jogjakarta sekitar 1990an,” ujarnya. (dwi/ila)