RADAR JOGJA – Penulis buku berjudul Menyingkap Jejak Keadilan Tionghoa, NB Susilo (Wang Xiang Jun), berhasil menemukan benang merah baru yaitu rahasia  keberadaan makam putri Tionghoa yang merupakan persembahan raja Tiongkok langsung kepada Sultan Sepuh (HB II) yang  menjadi selir kesayangan HB II  sekaligus pendiri prajurit putri Langen kusumo.

Secara tidak sengaja, dia berbicang dengan saudaranya yang masih bermarga Ong (Marga Ong sama dengan Wang yang berarti raja) dan keturunan HB II serta  ditunjukkan silsilah yang dikeluarkan oleh keraton. Penulis juga teringat sejarah simbah buyutnya  yang juga jago kungfu. Lalu ditinjaulah sebuah makam di Gunung Sempu 2 yang disebut oleh penjaga makam sebagai makam raden putri.

Dulunya makam ini tidak terawat, hanya gundukan tanah belaka dan tanpa nisan, tetapi keturunannya diberikan mimpi agar dipugar. Sepintas makam sederhana tanpa papan nama berdekatan dengan makam keluarga penulis

Penelitian dalam buku, lanjutnya, menyebutkan bahwa pendukung putri Tionghoa yaitu para pasukan Langen Kusumo pernah berperang dengan pendukung HB III yaitu kelompok Tan Jing Sing yang diperkuat oleh pasukan Sapehi (India) dan Inggris kala itu.

Jadi warga Tionghoa saat itu  terbagi tiga, sama dengan sejak peristiwa geger pecinan. Ada yang pro kanan, kiri dan ragu-ragu/penghianat. Putri Langen kusumo ini lah yang melatih bela diri kungfu pasukan Diponegoro. Mereka adalah ahli panah, strategi, bela diri, dan berkuda di mana petilasan latihan berkudanya dapat ditelusur di Jalan Langenastran dan kebun binatang Gembira Loka.

Dalam membuktikan analisanya,  NB Susilo  berharap agar naskah-naskah  kuno yang dirampas pada perang sapehi (Sepoy) oleh pasukan India (sapehi)  dan dibawa ke  Inggris diteliti lebih jauh.  Demikian pula nama asli Tionghoa putri Tiongkok  yang disinyalir bermarga Ong (Wang) dan bernama lengkap Mas Ayu Sumarsonowati.

”Jika hipotesanya benar maka yang disebut sebagai makan raden putri (disebut juga Nyai Kromoredjo) dan Mas Ayu Soemarsonowati adalah orang yang sama,” jelasnya.

Saat ini hanya satu ahli sejarah Inggris yaitu Peter Carey yang mengakses naskah kuno di negaranya  tetapi ia pun tidak tahu sejauh yang ditulis oleh NB Susilo. Menurutnya, keberadaan putri Tiongkok ini dapat dilihat dengan adanya  klenteng Gondomanan.

Garis keturunannya  bermarga Wang (Ong) yang bermukim di Malioboro dan Jalan Magelang. Kemudian dari HB III kebanyakan bermukim di Kampung Ketandan dan bermarga Tan yang  berasilmilasi dengan keturunan HB III yang  merupakan cikal bakal silsilah dari sultan saat ini.

Menurut penulis, saat ini ada disertasi yang  meneliti tari Menak yang digubah oleh HB IX sebagai bukti kedekatan dengan warga Tionghoa. Penelitian-penelitian ilmiah ini yang harus diketahui oleh banyak generasi muda bahwa sejarah kontribusi dan asimilasi warga Tionghoa  tidak bisa  dilupakan serta  jasa warga Tionghoa yang begitu erat dengan berdirinya kerajaan Mataram dan NKRI. (naf/ila)