RADAR JOGJA – Awalnya kaku, namun seiring waktu jadi cinta. Kalimat ini menggambarkan perasaan Ilaria Meloni saat berkenalan dengan kebaya dan jarik. Warga negara Italia ini awalnya tidak terlalu berminat. Hingga akhirnya dia mengenal seluk beluk dan sejarah kebaya dan jarik.
Kecintaan perempuan kelahiran Roma Italia 10 Maret 1989 ini tak sekadar ucapan. Busana khas nusantara ini dia boyong ke tanah kelahirannya. Dalam beberapa acara resmi, Ilaria bertransformasi layaknya perempuan Jawa.
“Jadi kalau ada acara formal, seperti wedding lalu wisuda pasti pakai kebaya. Bahkan kalau diundang menyanyi di KBRI di Italia juga pakai kebaya. Kebaya dan jarik itu sangat indah, bagus, sopan tapi tetap fashionable sekali,” katanya ditemui di sela –sela acara 2020 Wanita Berkebaya di Sleman City Hall, Kamis (20/2).
Perempuan yang sudah enam tahun hidup di Jogjakarta ini menceritakan awal mula pertemuan. Kala itu Ilaria tengah menjalani program pertukaran pelajar. Perempuan berambut gelap ini menempuh pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Jogjakarta medio 2014.
Pilihan pendidikan tergolong total. Ilaria memilih jurusan Karawitan Pedalangan sebagai tonggak pertamanya. Berawal dari sini, dia harus mau mengenakan kebaya. Terlebih jurusan karawitan mewajibkan penabuhnya untuk berkebaya.
“Awalnya tidak tahu apa itu kebaya. Lalu bersama teman diajak ke Pasar Beringharjo. Disinilah saya beli kebaya dan jarik pertama saya. Awalnya enggak nyaman tapi terus belajar dan akhirnya terbiasa dan akhirnya cinta,” kenangnya.
Dari sinilah dia melihat keindahan kebaya dan jarik. Menurutnya pakaian tradisional ini sangat bagus bagi perempuan. Walau tertutup tapi dapat menghadirkan aura keindahan. Bahkan bisa dikombinasikan dalam beragam fashion kekinian.
Pujian dari Ilaria ini tak hanya sebatas barisan kalimat yang indah. Dia membuktikan dalam kehidupan sehari-hari. Kebaya selalu dia kenakan dalam beragam acara formal. Termasuk saat menjalani wisuda pendidikan Strata-3 di tanah kelahirannya, Italia.
“Saya pakai waktu wisuda S3 September kemarin. Ada (teman) yang tanya dari mana (asal kebayanya), karena bagus dan cantik. Saya bilang asalnya dari Jogjakarta,” katanya.
Kecintaan Ilaria tak hanya sebatas busana. Perempuan berusia 30 tahun ini benar-benar cinta budaya Jogjakarta. Terbukti saat ini dia ikut magang karawitan di Karaton Ngayogyakarta Hadiningrat. Beberapa tembang klasik sudah bisa dia mainkan dengan lancar.
“Sudah tiga bulan ini dan mau lanjut terus. Senang suasananya, juga sama jenis gamelan klasiknya. Belajar vocal (sinden), sudah bisa gambir sawit, lagam gending. Bisa juga campursari dan keroncong,” ujarnya. (dwi/tif)