RADAR JOGJA DIGITAL – Pekewuh, kata ini terlontar dari mulut Sudarwanto ‘Kodir’, 37 dan Sudiro, 72. Keduanya merasa tak enak hati setelah menerima apresiasi santunan dari Kementerian Sosial. Bukan tanpa alasan, mereka menganggap peran besar evakuasi korban susur sungai bukan hanya dari mereka berdua.
Sudiro menuturkan, evakuasi melibatkan banyak pihak. Sayangnya yang muncul ke permukaan hanya nama mereka berdua. Pria sepuh ini menyebutkan ada puluhan warga yang turun ke sungai. Mulai dari kawasan Lembah Sungai Sempor hingga mendekati DAM Matras.
“Yang kerja itu bukan cuma kami berdua tapi masyarakat semua. Lha ini kalau nanti warga tahu saya yo ikut kerja kok itu yang mendapatkan. Ini yang berat di situ. Saya itu ikhlas demi keselamatan anak,”kata Sudiro polos ditemui di Kantor Tagana Sleman, Selasa (25/2).
Kakek yang akrab disapa Mbah Diro ini tak menyangka mendapat apresiasi santunan. Menurutnya, apa yang dia lakukan sudah sewajarnya sebagai manusia. Saling membantu saat ada masalah. Apalagi kejadian ini melibatkan nyawa sesama manusia.
Dengan berat hati Mbah Diro menerima apresiasi santunan tersebut. Hanya saja dia tak ingin menikmatinya seorang diri. Uang dari pemerintah pusat tersebut akan dia bagi. Setengahnya akan diberikan kepada pengurus Rukun Tetangga di dusunnya.
“Untuk kegiatan lingkungan RT terus sebagian lagi akan saya sodaqohkan. Untuk warga yang membutuhkan,” ujarnya.
Hal yang sama diungkapkan oleh Kodir. Pria yang hobi memancing sama sekali tak mengharap adanya imbalan. Aksinya saat itu benar-benar untuk menolong para peserta pramuka. Menurutnya semua orang akan melakukan hal yang sama seperti dirinya.
“Malah nggak kepikiran sampai seperti ini. Jadi pekewuh sendiri. Nanti uangnya saya pakai untuk membantu tetangga yang membutuhkan,” katanya.
Direktur Perlindungan Sosial Korban Bencana Alam Kemensos Rakhmat Koesnadi mengapresiasi Kodir dan Mbah Diro. Bukan hanya tentang kepahlawanan tapi juga kerendahan hati. Menurutnya kedua orang tersebut dapat menjadi contoh sosok relawan yang ideal.
Dalam tragedi susur sungai baik Kodir dan Mbah Diro mengabaikan keselamatan pribadi demi nyawa orang lain. Terbukti dari kenekatan Mbah Diro yang menyeberangi arus sungai. Adapula aksi Kodir yang berenang melawan arus.
“Luar biasa telah mencurahkan dan mengorbankan dirinya untuk memberikan pertolongan kepada para korban yang terbawa arus. Mereka berdua yang pertama kali tiba dan bisa menyelamatkan puluhan siswa,” jelasnya.
Penghargaan dan santunan adalah wujud apresiasi dari Kemensos. Rakhmat menuturkan pemberian penghargaan merupakan arahan dari Menteri Sosial Juliari Batubara. Terlebih setelah mengunjungi langsung lokasi kejadian dan Puskemas Turi, Sabtu (22/2).
“Saya mewakili Mensos untuk memberikan penghargaan dan apresiasi kepada dua relawan yang pertama kali menolong korban susur sungai Sempor. Pak Menteri sangat bangga atas militasinya. Tanpa pamrih tanpa memperhitungkan keselamatan dirinya,” katanya.
Dia berharap agar para relawan meniru semangat dan jiwa kedua pahlawan ini. Benar-benar tulus membantu tanpa mengharap adanya timbal balik. Tentunya dilandasi dengan jiwa kemanusiaan dalam diri.
“Bentuk apresiasinya ada sertifikat dan uang tunai. Tentu ini tak seberapa dengan kegigihan mereka dalam menolong korban,”ujarnya. (dwi/tif)