RADAR JOGJA – Banyaknya massa yang ikut dalam aksi Gejayan Memanggil di pertigaan Jalan Colombo, Senin (9/3) bisa dimanfaatkan betul oleh para pedagang. Para penjual minuman, seperti dawet, air mineral, maupun penjual camilan pun panen rezeki.
Edi, salah seorang pedagang dawet termasuk yang beruntung dari adanya aksi menolak RUU Omnibus Law Cipta Karya ini. Ia biasa berdagang di sekitaran kampus UPN Veteran, Ringroad Utara hingga daerah Babarsari.
Pendapatnnya pada hari biasa rata-rata hanya Rp 250 ribu. Namun ketika ia mendekat dan menunggui aksi yang diikuti ribuan orang itu, penghasilannya naik dua kali lipat. Ia mengaku memperoleh Rp 600 ribu. Minuman dawet ia patok Rp 5 ribu per gelas.
“Kalau hari-hari biasa paling banter sekitar 50 gelas. Kalau pas dagang seperti ini, hampir bisa 100 gelas,” ujar pria yang lahir di Banjarnegara, Jawa Tengah, itu.
Ani, pedagang minuman keliling juga merasakan pendapatan berlipat dalam aksi ini. Perempuan asal Gamping, Sleman, itu biasanya menjajakan dagangan di Jalan Kaliurang. Dalam satu jam berjualan di sekitar itu telah mendapatkan Rp 150 ribu. Padahal pada hari biasa hanya sekitar Rp 50 ribu.
“Cukup menguntungkan jika ada acara seperti ini. Pas yang aksi tahun lalu saya tidak sempat datang. Yang aksi kedua ini mencoba datang, tahu dari teman. Untuk keuntungan, ya lumayanlah,” kata Ani.
Pedagang siomay bernama Badelan juga mengaku mendapatkan pendapatan lebih banyak dalam aksi ini. Dia menjual dagangannya Rp 1.000 per butir. Ia tahu adanya aksi Gejayan Memanggil dari sesama rekannya yang berjualan siomay.
“Rata-rata hanya dapat Rp 50 ribu Itu pun berjualan dari pukul 08.00 sampai 17.00. Tetapi di sini baru sekitar jam sudah dapat Rp 150 ribu. Ya, lumayanlah untuk hari ini,” ungkap pedagang yang memiliki tiga anak ini dengan wajah semringah.
Dikatakan, ia dan para pedagang kecil mengaku sangat diuntungkan jika ada acara seperti ini. “Pas yang aksi tahun lalu saya tidak sempat datang. Jadinya yang aksi kedua ini mencoba datang. Tahu ada acara ini juga dari teman,” tambahnya.
Masih banyak pedagang lain yang mengaku memperoleh pendapatan lebih dari biasanya dengan aksi Gejayan Memanggil ini. Wajar karena peserta aksi cukup banyak dan didominasi kalangan mahasiswa. Akses di Jalan Affandi itu pun ditutup selama lima jam, pukul 12.00-17.10.
Kasat Lantas Polres Sleman AKP Mega Tetuko menuturkan, selain pengalihan lalu lintas, pihaknya juga menerapkan sterilisasi dan prioritas. Yang mana pengalihan lalu lintas dilakukan di tiga titik.
Pertama, dari arah selatan menuju utara Jalan Affandi, arus kendaraan mulai dikurangi dari Pos Polisi 1. “Namun tetap diprioritaskan untuk masyarakat yang berdomisili di Gejayan untuk bisa melewati jalur ini,” kata Mega.
Dari utara menuju selatan, arah kendaraan dilewatkan melalui Jalan Moses Gatotkaca yang tembus di sekitar Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga. Serta penutupan dilakukan di simpang empat Sagan dari arah barat menuju timur Jalan Affandi.
Kapolres AKBP Rizki Ferdiansyah menjelaskan, aksi jalanan yang sudah mendapatkan izin dari pihak kepolisian, melayangkan surat yang mana aksi harus dilakukan mulai pukul 12.00 sampai 17.00. Dengan peserta berasal dari berbagai BEM, mulai Universitas Gadjah Mada (UGM), Sanata Dharma (Sadhar), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY), dan elemen masyarakat lainnya.
“Kami kedepankan penutupan arus lalu lintas oleh Satlantas Polres Sleman. Dari sebelumnya sudah tertib, acara berlangsung lancar dan tidak ada bentrokan,” ungkap Rizki. (eno/laz)