RADAR JOGJA – Merebaknya Corona Virus Disease 2019 (Covid-19) mulai berdampak pada sektor ekonomi. Pedagang kawasan Malioboro merasakan dampak dari virus asal Wuhan Tiongkok ini. Omset harian menurun drastis hingga 80 persen.

Pedagang buah tangan ragam aksesori Zubaidah tak menampik penurunan omset. Perempuan berusia 52 tahun ini mengaku penurunan hingga 100 persen. Artinya dalam satu hari tidak ada pembeli sama sekali.

”Seminggu ini sudah mulai terasa penurunannya. Pernah satu hari omset turun 100 persen karena memang tidak ada pembeli sama sekali,” jelasnya ditemui di lapak miliknya di kawasan Malioboro, Rabu (18/3).

Sepinya pembeli tak hanya terjadi pagi hingga sore hari. Kondisi juga terlihat pada malam harinya. Bahkan tak hanya pedagang, kawasan Malioboro juga terlihat sepi pengunjung pada rentang waktu tersebut.

Alhasil Zubaidah harus memangkas waktu kerjanya. Dalam hari normal lapak miliknya beroperasional dari jam 08.00 hingga 23.00. Untuk saat ini dia memilih beroperasional hingga pukul 20.00.

”Omset normal Rp 3 juta sampai Rp 4 juta. Turun banyak sekali, kalau gini Rp 500 ribu tidak ada,” ujarnya.

Warga Sleman ini tak bisa berbuat banyak. Anjloknya omset dan jumlah pengunjung baru kali ini terjadi. Dia berharap agar kondisi cepat pulih seperti sedia kala.

”Sudah jualan sejak 1982, baru kali ini kelihatan sekali anjloknya. Bahkan teman saya ada memilih tak berjualan karena saking sepinya,” keluhnya.

Di satu sisi para pedagang tak ingin berserah diri. Salah satunya adalah pedagang kuliner oleh-oleh Harsono. Pria berusia 50 tahun ini tetap semangat berjualan. Dia meminta agar pemerintah tidak meliburkan aktivitas ekonomi di wilayah Malioboro.

Dia tidak ingin Covid-19 mengganggu aktivitas masyarakat. Termasuk roda perekonomian di kawasan sentra industri wisata tersebut. Harsono juga meminta seluruh pedagang tetap semangat dalam menjalani aktivitasnya.

”Malioboro harus tangguh, semua harus optimis. Wisatawan tetap datang monggo saja, Malioboro tidak ditutup,” katanya.

Langkah antisipasi telah diambil oleh para pedagang. Diawali dengan pemasangan fasilitas cuci tangan di sepanjang jalan Malioboro. Setidaknya dalam jarak lima meter terdapat ember air dan sabun cair. ”Waspada tetap perlu, sehingga kami inisiatif pasang fasilitas cuci tangan.  Jadi pengunjung tak perlu khawatir,” ujarnya.

Wakil Wali Kota Jogja Heroe Poerwadi memastikan ada upaya baku. Tidak ditutupnya pintu wisata tentu diimbangi dengan antisipasi penyebaran Covid-19. Tak hanya fasilitas cuci tangan tapi juga penyemprotan cairan disinfektan.

Wujud nyata gerakan ini juga terjadi Jumat (20/3). Berupa aksi kerja bakti massal di semua wilayah. Mulai dari lingkungan rumah, destinasi wisata, fasilitas pendidikan dan kawasan perkantoran pemerintahan.

”Sekarang yang sudah berlangsung, di sepanjang pedestrian Malioboro sudah ada tempat cuci tangan. Itu disiapkan sendiri oleh pedagang. Sesuai arahan Gubernur, bahwa penanganan Covid-19 harus ada peran aktif warga juga,” katanya. (dwi/ila)