RADAR JOGJA – Sebagai upaya mencegah sekaligus mengantisipasi penyebaran virus Korona (Covid-19), Pondok Pesantren Modern Muhammadiyah Boarding School (MBS) Prambanan mendirikan posko Pusat Informasi Korona di kompleks Ponpes mulai Senin (23/3). Tujuannya untuk memastikan seluruh santri maupun guru dan karyawan yang ada di lingkungan Pondok Pesantren MBS tidak terinfeksi Covid-19. 

Jika lembaga pendidikan Muhammadiyah lain menetapkan siswa-siswinya belajar di rumah, PP MBS tetap menyelenggarakan kegiatan belajar mengajar seperti biasa. Hal ini dilakukan mengingat seluruh siswa atau santri selama ini tinggal di kawasan pondok pesantren. 

“Berdasarkan pertimbangan dan masukan berbagai pihak, diputuskan santriwan-santriwati tidak dipulangkan. Namun tetap melakukan kegiatan belajar di pondok pesantren. Karena jika dipulangkan ke rumah masing-masing, justru dikhawatirkan akan beresiko terturar,” ujar Wakil Direktur II bidang Kema’hadan MBS Prambanan Faqihuddin. 

Sebelum mendirikan posko, lanjut Faqihuddin, sejumlah antisipasi dilakukan mulai dari sosialisasi dan cek kesehatan pada seluruh santri dan guru karyawan dengan melibatkan pihak puskesmas Prambanan.

“Di MBS ini ada sekitar 2300 santri dan 300 guru karyawan. Seluruh santri tinggal di pondok. Sementara mayoritas ustad-ustadzah guru yang mengajar tinggal di luar pondok. Karena itu setiap pagi harus dicek kondisi kesehatannya. Sehingga sebelum berinteraksi dengan anak bisa terkondisikan,” tuturnya. 

Posko Korona ini juga akan memberikan masker bagi santri yang sakit. Kemudian memeriksa dan memantau perkembangannya. Jika diperlukan, tindak lanjut dilakukan seperti membawa ke fasilitas kesehatan terdekat baik puskesmas, RSUD maupun klinik. 

“Akan ada dua orang tenaga kesehatan dan satu orang mantri yang selalu standby setiap hari di Posko ini. Sementara setiap dua hari sekali ada dokter yang selalu datang mengecek,” ungkapnya. 

Kabag Kesehatan PP MBS Fani Anindya menambahkan, pihaknya telah menyiapkan sejumlah peralatan medis yang cukup lengkap. Seperti termometer infra red yang memungkinkan petugas kesehatan mengecek suhu tubuh pasien tanpa harus bersentuhan. Ada pula alat tensimeter, pengecekan detak jantung hingga tabung oksigen untuk menangani siswa yang mengalami sesak nafas. Selain itu di setiap tempat strategis juga disediakan sabun cair dan handsanitizer untuk menjaga kebersihan setiap santri guru maupun karyawan.

“Jadi siswa atau guru karyawan yang suhu tubuhnya di atas 37 derajat akan kami arahkan agar periksa ke rumah sakit. Sementara santri yang sakit batuk pilek kami berikan masker dan kami cek kondisi kesehatannya,” jelasnya. (sky/tif)