GUNUNGKIDUL – Menawannya objek wisata pantai di Gunungkidul menyebabkan semakin banyak pengunjung mendatanginya. Mereka ingin menjadikan objek wisata pantai tersebut sebagai lokasi untuk melepas penat dan liburan.

Namun, semakin banyaknya pengunjung yang datang ternyata juga berpengaruh dengan makin meningkatnya jumlah kecelakaan di laut (lakalaut). Tahun lalu, masih terjadi puluhan lakalaut. Tercatat ratusan korban, di antaranya meninggal dunia.

“Pada 2017 ada 76 kasus lakalaut. Terdapat sebanyak 118 korban, tiga di antaranya meninggal dunia dan satu orang hilang,” kata Sekretaris SAR Satlinmas Korwil II Gunungkidul Surisdiyanto.

Dia mengatakan, dari 76 kasus lakalaut tersebut korban selamat berjumlah 115 orang. Sebagian besar kasus lakalaut disebabkan karena korban nekat berenang ke tengah laut.

Sebagian besar korban tidak mengindahkan arahan petugas SAR. Mereka tetap mandi dan bermain di sekitar area palung laut selatan.

“Bukan kami melarang wisatawan bermain air laut. Namun kami ingin pengunjung bermain air laut di lokasi yang aman,” ujar Surisdiyanto.

Koordinator SAR Satlinmas korwil II Gunungkidul Marjono terus mengedukasi pelancong agar waspada terhadap bahaya bermain di laut. Selain memasang tanda bahaya dan imbauan melalui pengeras suara, pihaknya juga mendatangi wisatawan yang mandi di laut.

“Namun banyak pengunjung yang beralasan bahwa ke pantai kalau tidak mandi di laut kurang puas,” kata Marjono.

Sebelumnya, Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat, Dinas Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) Gunungkidul Suhendra mengatakan tahun lalu Tim SAR mendapat fasilitas kapal cepat. Disiagakan untuk melakukan evakuasi jika terjadi lakalaut.

Selain kapal cepat juga ada pelampung dan alat selam. Anggarannya Rp 180 juta. “Untuk kapal cepat (speed boat) satu unit seharga Rp 140 juta,” kata Suhendra. (gun/iwa/mg1)