SLEMAN- Realisasi pendapatan asli daerah (PAD) Kabupaten Sleman per 31 Desember 2017 tembus lebih dari Rp 825 miliar sampai Senin (8/1). Capaian tersebut melebihi target yang dipatok sebesar Rp 718,15 miliar. Atau setara dengan 114,8 persen dari total target. Kendati tren PAD tahun lalu cukup jauh melampaui target, Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BKAD) Harda Kiswaya mulai pasang kuda-kuda untuk untuk meraih hasil lebih besar di 2018. Tak tanggung-tanggung, Harda menargetkan PAD tahun ini mencapai Rp 1 triliun.
“Melihat situasi dan geliat ekonomi di Sleman bukan tidak mungkin target itu bisa kami capai tahun ini,” ujar Harda.
Optimisme pejabat asal Godean itu bukan tanpa alasan. Terlebih, dia telah mendengar kabar hasil analisis pakar ekonomi yang menyebutkan bahwa kehadiran New Yogyakarta International Airport (NYIA) di Kulonprogo tidak akan membawa kerugian bagi Sleman. Yang akan terjadi justru sebaliknya. Potensi pendapatan yang ada di Sleman tidak akan berkurang dengan adanya bandara baru tersebut. “Sleman malah diuntungkan. Jumlah kunjungan wisata justru akan meningkat,” kata sosok yang berulang tahun tiap 26 Januari itu.
Harda mengklaim, semakin kompaknya koordinasi antarpemangku kebijakan di Sleman membuat geliat tata kelola pemerintahan dan ekonomi semakin bergairah. Persoalan perizinan, misalnya. Koordinasi yang baik antarlembaga membuat mekanisme perizinan lebih lancar. Geliat usaha pun lebih mentes untuk mendongkrak realisasi pajak daerah. “Hubungan baik antarlembaga ini akan jadi daya ungkit untuk peningkatan PAD,” ungkapnya.
Harda mengatakan, seluruh data PAD, khususnya dari sektor pajak daerah, sudah teruji validitasnya oleh kantor akuntan publik. Pelibatan akuntan publik ditujukan sebagai bentuk transparansi pengelolaan keuangan. “Semua (pengelolaan keuangan, Red) kami lakukan dengan penuh kehati-hatian. Makanya kami libatkan akuntan publik dengan sistem lelang terbuka,” tutur pria kelahiran 1964 itu.
Sekretaris BKAD Sleman Haris Sutarta menambahkan, realisasi PAD yang tercapai hingga kemarin masih berpotensi ada penambahan. Sebab, hingga saat ini masih ada rekonsiliasi data dengan satuan kerja perangkat daerah. Sehingga masih memungkinkan adanya perubahan data pendapatan. “Semua target pendapatan rata-rata tercapai lebih dari 100 persen,” katanya.
Haris merinci, capaian tertinggi PAD dari sektor pajak daerah. Dari target Rp 449,6 miliar tercapai Rp 528,48 miliar (117,54 persen). Kemudian retribusi daerah tercapai sebesar Rp 48,4 miliar dari target Rp 42,66 miliar (113,47 persen). Lalu hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan sebesar Rp 36,29 miliar. Capaian ini persis sama dengan angka yang ditargetkan (100 persen). Selanjutnya lain-lain pendapatan asli daerah yang sah tercapai Rp 211,82 miliar dari target Rp 189,6 miliar ( 111,72 miliar).
Untuk mendongrak capaian PAD tahun ini BKAD Sleman melakukan berbagai upaya intensifikasi pajak dan retribusi. Di antaranya dengan menggencarkan sosialisasi, pemutakhiran basis data PBB-P2 secara masal, pendataan individual untuk objek PBB-P2, hingga optimalisasi penagihan. “Kami juga berupaya meningkatkan kerja sama dengan pemerintah desa, KPP Pratama, Badan Pertanahan Nasional, hingga perguruan tinggi. “Kami juga gandeng lembaga perbankan, seperti Bank Mandiri, BNI, Bank BPD, dan BRI Syariah,” jelasnya.
Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah Kunto Riyadi menyatakan, target PAD Rp 1 triliun merupakan sebuah keniscayaan jika melihat progres perencanaan kegiatan pembangunan saat ini. “Jika tak tercapai tahun ini, ya pada 2019,” ujarnya.
Menurut Kunto, pembangunan di Sleman juga menunjukkan tren positif. Perencanaan yang diawali dengan musrenbang tingkat kecamatan telah berjalan saat ini. Ada tiga konsentrasi utama pembangunan Sleman dalam rangka mewujudkan visi dan misi bupati. Yakni menekan angka kemiskinan, mendongkrak daya saing ekonomi lokal, dan memperpendek ketimpangan ekonomi. (yog/mg1)