KEBERSIHAN perlu diajarkan sejak dini. Menurut pengajar sekaligus storyteller Andy Hermawan, selain mengajarkan pola hidup sehat sejak dini, juga mengenalkan tentang kerapian.
“Hal yang terpenting bukan hanya sekadar membuang sampah dimana, ataupun menyediakan tempat sampah di tempat-tempat yang terlihat, tetapi bagaimana bisa mengajak, ataupun memberi contoh bagaimana mengelola sampah dengan bijak,” ujarnya belum lama ini.
Andy mengungkapkan, menyediakan tempat sampah adalah pekerjaan yang mudah, tetapi bagaimana mengelola diri agar tidak menjadi penghasil sampah (baca: nyampah) itulah yang menjadi pekerjaan rumah bersama saa.
Satu contoh yang mungkin bisa diterapkan adalah ketika mengajak anak-anak berbelanja, maka orang tua dapat membawa kantong belanja sendiri.
“Dari tindakan itu saja pasti akan ada pertanyaan dari anak-anak, kenapa sih harus bawa kantong belanja sendiri, penjualnya kan punya kantong belanja, baru dan masih bersih pula? Disinilah kewajiban orang tua untuk menjelaskan alasannya, yaitu untuk mengurangi penggunaan benda-benda yang nantinya akan meghasilkan sampah baru,” jelas pria yang juga praktisi edupreneur ini.
Andy mengungkapkan, dalam hal menyikapi sampah ataupun memperkenalkan pengelolaan sampah sejak dini kepada anak sebetulnya tidak diperlukan pelajaran khusus di sekolah. Sebab, hal ini adalah tugas bersama antara orang tua, guru, dan anak-anak sendiri.
“Karena yang diperlukan adalah pembiasaan yang melibatkan semua elemen, dan dimulai dari hal kecil,” ungkapnya.
Misalnya jika membuang sisa makanan, dapat dibuang ke biopori. Orang tua bisa menjelaskan dengan dibuang di bipori sisa makanan dapat membusuk di dalam tanah. Sedangkan untuk sampah plastik dibuang di tempat sampah yang lain karena tidak dapat membusuk.
“Orang tua pun bisa menjelaskan ke anak bahwa sampah plastik harus diolah kembali agar bisa dimanfaatkan, jika tidak diolah maka akan menjadi polusi,” jelasnya.
Lantas bagaimana mengajak anak untuk mengelola sampahnya? Andy mengungkapkan, otomatis semua pihak harus terlibat, orang tua dan lingkungan sekitar rumah maupun guru dan lingkungan sekolah. Misalnya dalam menciptakan kebersihan, kerapian, dan keindahan.
Sedangkan untuk pemilahan jenis sampah bisa dimulai dari pengertian yang mudah busuk dan tidak dapat busuk. Sampah yang dapat busuk akan menyatu di dalam tanah bersama dengan sampah-sampah busuk yang lain, sedangkan yang tidak membusuk akan menyumbat saluran air jika membuang sampah sembarangan dan berakibat banjir jika ada hujan deras.
“Pengelolaan sampah adalah tanggung jawab bersama, dengan melibatkan anak-anak sejak dini, maka akan tercipta suatu pembiasaan yang secara tidak langsung akan membentuk karakter positif pada anak. Juga menanamkan pengertian bahwa bersih itu indah, bersih itu sehat,” tutupnya. (ila/mg1)