Rama Adyaksa Pradipta (Jauh Hari Wawan Setiawan/radar jogja)

Properti terus berkembang. Tingginya potensi pasar menjadikan properti terus tumbuh.

Selain minat pasar, letak Indonesia yang berada di garis khatulistiwa membuat para pengembang tidak sembarangan memcipta desain. Mereka menyesuaikan desain hunian dengan kondisi alam.

Hal tersebut dilakukan oleh Rama Adyaksa Pradipta. Pengusaha properti yang sekaligus CEO PT Citra Kedaton tersebut mempertimbangkan beberapa faktor dalam membuat desain hunian.

Tak terkecuali saat merancang desain minimalis sekalipun. Menurutnya, desain hunian minimalis di Indonesia merupakan adopsi dari tren arsitektur yang berasal dari Barat yakni Eropa dan Amerika Serikat.

Khusus di Indonesia yang hanya memiliki dua musim yaitu kemarau dan penghujan, ujarnya, membutuhkan penyesuaian dalam desain bangunannya. “Desain hunian kita sesuaikan dengan kondisi alam dan minat pasar,” jelasnya di kantornya (19/3).

Rama menjelaskan, kondisi geografis dan iklim di Indonesia yang hanya mengenal dua musim menciptakan istilah hunian tropis minimalis. “Karena di barat itu ada empat musim maka bangunan itu punya bukaan yang besar untuk cahaya masuk. Bentuk atapnya menggunakan atap dak cor beton yang menciptakan bangunan berkesan minimalis dengan bentuk boxy,” kata Rama.

Figur yang juga menjabat sebagai ketua DPD Real Estate Indonesia (REI) DIJ ini menegaskan, hunian tropis minimalis adalah transformasi dari hunian bergaya arsitektur Barat namun disesuaikan dengan iklim Indonesia. Perubahan itu meliputi bentuk atap yang semula berupa dak beton datar diubah menjadi bangunan beratap konvesional yang bentuknya miring.

“Ini karena kondisi iklim Indonesia yang memiliki curah hujan cukup besar,” katanya.

Selain curah hujan tinggi, Rama menyoroti cahaya matahari yang berlebih. Ia menyarankan agar menempatkan kanopi pada bangunan untuk mengurangi intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam rumah.

Selain desain, properti juga perlu didukung lokasi yang baik. Dalam berinvestasi rumah, Rama menyarankan pembeli untuk memilih hunian dengan lokasi yang strategis.

“Kami biasanya mengembangkan hunian berdasarkan lokasi. Bisa dekat kampus, bisa dekat bandara, atau fasilitas pendukung lainnya,” jelasnya.

Menurut Rama, lokasi memang memainkan peran penting dan memengaruhi harga hunian serta sasaran pasar. “Pertama kami memilih lokasi. Kedua, juga lokasi. Baru setelah itu, harga,” tegasnya.

Di bawah paying usaha PT Citra Kedaton, Rama mengembangkan sejumlah hunia. Dia menjelaskan, saat ini harga yang ditawarkan untuk tiap unit berkisar Rp 600 juta untuk hunian tipe 50 dan sekitar Rp 700 juta untuk hunian tipe 60.

Salah satu konsep hunian yang sedang dibangun Citra Kedaton terletak di Kalasan, Sleman. Kompleks hunian ini menyasar konsumen usia 35 tahun ke atas.

Kelompok usia ini dibidik karena dianggap sebagai konsumen yang matang secara usia dan finansial. “Untuk pasangan muda biasanya memilih hunian yang simpel dan praktis, menyesuaikan kegiatannya yang sangat mobile. Kami tidak menutup kemungkinan untuk pasangan muda yang ingin membeli,” paparnya. (cr4/amd/mg1)