Ekstraksi atau pengambilan air tanah secara berlebihan menjadi salah satu masalah di DIY. Kondisi itu berdampak pada ketersediaan sumber daya air menjadi menurun. Di sisi lain proses pengembalian air membutuhkan waktu lama.

“Prosesnya tidak secepat pengambilannya,” ujar Kepala Balai Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Energi Sumber Daya Mineral (PUP-ESDM) DIY Bambang Sugiharto Selasa (27/3).

Untuk melindungi penggunaan air itu, terang Bambang, Pemerintah DIY lebih mengoptimalkan pengambilan air permukaan karena siklus pemulihannya lebih cepat. Ini sebagai langkah konservasi sederhana sekaligus melindungi resapan air yang masih tersisa.

Lebih jauh dikatakan, solusi jangka panjang dengan memakai pendekatan ekohidrologi. Pendekatan ini menekankan pada sistem solusi mengolah sumber daya air berkelanjutan. Karena itu, demi menjaga sumber daya air itu diperlukan langkah bersama dar berbagai pemangku kepentingan. Baik pemerintah, desa atau kampung, kampus dan komunitas masyarakat yang peduli dengan keberlanjutan air di masa depan.

“Harus saling kerja sama dan bertukar pengalaman untuk mencapai pengelolaan sumber daya air yang lebih baik,” ajaknya.

Seiring dengan ajakan itu, bertepatan dengan momentum Hari Air Dunia ke-26 yang diperingati setiap 22 Maret, Balai PSDA Dinas PUP dan ESDM DIY bersama Pemkab Kulonprogo dan Balai Besar Wilayah Sungai Serayu Opak (BBWSSO) menggelar sarasehan bertajuk Pengelolaan Sumber Daya Air yang Lebih Bermartabat dan Berdayaguna.

Sarasehan digelar hari ini Rabu (28/3) di Bendung Sapon, Desa Sidorejo, Lendah, Kulonprogo. “Itu tema lokal yang kami ambil sebagai penjabaran lebih lanjut dari tema Hari Air Nasional yaitu Solusi Air Berbasis Alam dan tema Hari Air Dunia dari PBB yakni Naturebassed Solutions for Water,” jelas Bambang.

Tujuan dari acara itu dalam rangka memberikan tambahan pemahaman kepada masyarakat tentang pengelolaan dan konservasi sumber daya air. Selain itu, meningkatkan peran seluruh pemangku kepentingan dan pendekatan ke masyarakat dalam melestarikan serta meningkatkan kualitas maupun kuantitas sumber daya air. “Khususnya memenuhi kebutuhan masyarakat Yogyakarta,” kata dia.

Lewat sarasehan itu, Balai PSDA juga ingin menampung aspirasi dan memberikan alternatif solusi penanganan pengelolaan sumber daya air berkelanjutan di DIY. Narasumber yang akan bicara meliputi kepala BBWSSO, kepala Balai Pengelolaan DAS Serayu Opak Progo, akademisi dan dari Pemkab Kulonprogo. Sarasehan diikuti 500 peserta dari unsur masyarakat, pemerintah dan swasta. (*/kus/iwa/mg1)