KULONPROGO – Salah satu penyakit yang patut diwaspadai saat musim penghujan yakni leptospirosis. Dinas Kesehatan Kulonprogo mencatat dua pasien Leptospirosis meninggal dunia tahun ini.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kulonprogo, Baning Rahayujati menyatakan satu dari dua pasien yang meninggal dunia itu sebetulnya tidak serta merta karena leptopirosis. Sebab, usianya di atas 60 tahun dan mengalami komplikasi ginjal.

“Salah satu memang sempat menjalani cuci darah, sehingga tidak bisa dipastikan bahwa yang bersangkutan meninggal akibat leptospirosis. Penyakit ginjal pasien bisa menjadi penyebab lainnya,” kata Baning Selasa (27/3).

Kendati demikian, DKP Kulonprogo terus berupaya menekan penyebarannya penyakit ini. Serangan penyakit yang dipicu air seni tikus ini umum terjadi di kawasan banjir.

Namun di Kulonprogo agak berbeda, karena kedua pasien yang terindikasi leptospirosis ini berdomisili di dataran tinggi atau wilayah pegunungan di Kecamatan Samigaluh dan Kalibawang.

“Kalau melihat kasus di Sleman, Bantul dan Kota Jogja, kebanyakan menyerang warga di daerah banjir. Namun di Kulonprogo serangan terjadi di pegunungan,” ujarnya.

Perilaku masyarakat yang abai dan mengesampingkan pola hidup sehat masih menjadi pemicu leptospirosis. Petani di Kulonprogo masih banyak yang bekerja telanjang kaki.

“Ketika ada luka, leptopirosis mudah menular ke manusia,” kata Baning.

Serangan leptospirosis tidak hanya menyerang petani, juga bisa menjangkiti masyarakat secara luas. “Masyarakat umum juga harus mawas diri, karena saat membersihkan gudang juga bisa berpotensi leptospirosis,” kata Baning.

Paijan, petani di Kokap, mengatakan petani terbiasa telanjang kaki saat bekerja di sawah. Sepengetahuannya, selama ini belum ada kasus leptospirosis di wilayahnya.

“Antisipasinya, sepulang dari sawah mandi, minimal cuci kaki pakai sabun, itu sudah cukup bagi kami. Kalau nyawah pakai sepatu boot diketawaain mas, bisa-bisa sepatunya nancep di lumpur sawah malah gak bisa gerak,” kelakar Paijan. (tom/iwa/mg1)