(GUNTRUR AGA TIRTANA/RADAR JOGJA)

JOGJA – Polda DIJ memberlakukan status siaga I untuk pengamanan di seluruh wilayah Jogjakarta. Itu menindaklanjuti instruksi Mabes Polri dalam menyikapi situasi terkini pascateror bom Surabaya Minggu (13/5) pagi. Status siaga I dilaksanakan bersama jajaran TNI. Berlaku bagi seluruh jajaran dan personel kepolisian di DIJ.

Kabid Humas Polda DIJ AKBP Yulianto mengatakan, fokus pengamanan tak hanya pada rumah-rumah ibadah. Tapi juga objek-objek vital lainnya. “Status ini bersifat evaluatif. Dipantau terus dari waktu ke waktu hingga keadaan dinyatakan kondusif,” jelas Yulianto kemarin.

Siaga I ditandai dengan penambahan personel pengamanan lapangan. Patroli dan penjagaan objek vital ditingkatkan. Menurut Yulianto, Polda DIJ membuka diri bagi masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam kegiatan patrol dan peningkatkan pengamanan wilayah. Dengan catatan, semua yang terlibat selalu menjaga kondusivitas. “Intinya sama-sama menjaga kamtibmas,” katanya.

Hal penting yang menurut Yulianto harus menjadi perhatian masyarakat adalah tidak ikut-ikutan menyebarkan informasi, foto, dan video kasus bom Surabaya yang terlanjur viral di media sosial. Karena hal itu justru berpotensi menimbulkan kepanikan masyarakat. “Tersebarnya foto dan video itu justru menjadi tujuan para peneror. Agar terjadi kepanikan dan rasa curiga yang berujung pada situasi tidak kondusif,” tuturnya.

Di Gunungkidul, patroli siaga aparat kepolisian juga ditingkatkan. Kapolres Gunungkidul AKBP Ahmad Fuady mengimbau masyarakat segera melaporkan hal-hal yang dinilai mencurigakan atau berpotensi mengganggu keamanan dan ketertiban masyarakat. “Silakan lapor, kami akan tindaklanjuti,” katanya.

Sementara itu, teror bom Surabaya tak berpengaruh pada peribadatan umat gereja di Jogjakarta. Kegiatan ibadah rutin tetap dilaksanakan. Kendati demikian, pihak gereja melakukan langkah antisipasi pengamanan. Seperti menambah personel keamanan internal dan menutup gerbang gereja lebih awal. Agar lokasi gereja tetap steril, kecuali untuk kegiatan ibadah. Seperti di Gereja Santo Antonius Kotabaru, Kota Jogja. Di rumah ibadah ini misa pagi digelar pukul 05.30, 07.00, dan 08.30. Sedangkan misa sore pada pukul 16.30 dan 18.00.

“Proses ibadah berjalan normal. Kami berusaha tetap tenang dan tidak panik, meski telah mengetahui info (teror bom Surabaya, Red) itu,” ungkap Pastur Kepala Paroki Santo Antonius Kotabaru Romo Maharsono SJ.

Menyinggung aksi teror bom di tiga gereja di Surabaya, Romo Maharsono mengimbau masyarakat tak tersulut provokasi.

Dia menegaskan, segala bentuk teror kekerasan merupakan tindakan menyimpang. Tak ada satu pun ajaran agama membolehkan kekerasan. “Aksi itu jelas menyalahi norma agama dan nilai kemanusiaan.

Itu adalah sebuah gerakan yang tidak berdasarkan senyatanya iman. Apa pun yang mengajak ke kematian adalah tidak benar,” tegasnya.

Sebagaimana diketahui, aksi bom Surabaya terjadi di Gereja Katolik Santa maria Tak Bercela, Gereja Kristen Indonesia di Jalan Diponegoro, dan Gereja Pantekosta Pusat Surabaya di Jalan Arjuno. Belasan korban meninggal dan puluhan lainnya luka-luka akibat aksi teror tersebut.

Beberapa elemen masyarakat di Jogjakarta mengutuk keras aksi tersebut. Sebagaimana pernyataan tertulis Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Gadjah Mada (Kagama) Ganjar Pranowo. Ada lima poin yang disampaikan. Yakni mengutuk keras aksi teror sebagai tindakan biadab yang tak dibenarkan ajaran agama, menyampaikan rasa duka bagi para korban dan keluarga yang ditinggalkan, mendorong aparat keamanan segera menangkap para pelaku dan mengungkap jaringan mereka. Serta meningkatkan upaya pencegahan agar peristiwa serupa tak terulang lagi di Indonesia. Kemudian, mengajak semua komponen bangsa bersatu melawan terorisme dan tidak takut terhadap para teroris yang ingin menghancurkan Negeri Pancasila. Lalu, mengajak seluruh umat beragama di seluruh Tanah Air untuk tetap menjaga persaudaraan, mempererat persatuan dan kohesi sosial. Supaya tujuan utama terorisme untuk memecah belah bangsa tidak bisa terwujud.

Hal senada juga disampaikan Ketua Umum Pengurus Pusat Keluarga Alumni Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (PP KAUMY) Yogie Maharesi. Selain ucapan duka cita dan mengutuk aksi terorisme, Yogie mendesak aparat untuk memastikan hadirnya rasa aman dan menjamin perlindungan, serta keselamatan masyarakat dari segala aksi teror dan kekerasan. “Mengimbau semua pihak tanpa memandang suku, agama, ras, dan golongan untuk selalu mengedepankan kepentingan besar bangsa Indonesia di atas kepentingan pribadi dan kelompok,” ujarnya dalam keterangan tertulis.

Di sisi lain sebagai bentuk perlawanan terhadap segala bentuk terorisme, masyarakat Jogjakarta menggelar aksi solidaritas dan doa bersama di Simpang Empat Tugu Jogja tadi malam. Turut hadir dalam aksi tersebut para tokoh lintas agama. Peserta aksi berorasi mengecam terorisme. (dwi/gun/yog/mg1)