BANTUL – Dikira terduga teroris penjual cilok, Suprihatin (S) harus berurusan dengan polisi. Meski sempat dibawa petugas dia akhirnya dikembalikan ke rumahnya pada Kamis malam (17/5) sekitar pukul 23.00. Menurut keterangan pemilik kos-kosan Mukhlis Nur Ismail, 43, Kamis pagi sekitar pukul 09.00 kediamannya disambangi oleh beberapa orang yang mengaku dari Polda DIJ berpakaian non-seragam menggunakan masker wajah.

“Yang buka pintu istri, mereka ngomong baik-baik perihal mbak Suprihatin ini, dan maksudnya berkunjung apa,” tuturnya.

Dalam kunjungan tersebut, dijelaskan bahwa pihak Polda tengah mencari adik Suprihatin. Setelah mendapat kesepakatan, akhirnya pihak Polda DIJ mengerahkan personel berseragamnya melakukan penggeledahan di kamar kos-kosan pada pukul 13.00 pada hari yang sama langsung di saksikan oleh Ketua RT Kampung Rejokusuman, Padukuhan Sukowaten, Tamanan, Banguntapan, Bantul.

“Saya tidak tahu pasti barang apa saja yang di sita oleh Polda. Sebaiknya langsung menanyakan langsung dengan pihak kepolisian,” jelas Mukhlis. Menurut Mukhlis, Suprihatin baru menempati kos-kosan miliknya sejak tiga bulan lalu.

“Karena berprofesi sebagai pedagang cilok. Setiap harinya, dia kerap berangkat pagi pulang malam. Masuk kamar dan istirahat. Sehingga interaksi dengan warga sekitar cukup minim,” jelasnya. Ketua RT Kampung Rejokusuman Walijo mengaku tidak mengerti atas dasar apa penggeledahan dilakukan.

“Memang ada pemberitahuan dari Polda DIJ untuk melakukan penggeledahan, saya saksinya. Tapi atas dasar apa saya kurang mengerti,” jelas lelaki 68 tahun ini. Penggeledahan kamar kos yang dilakukan Kamis siang (17/5) berlangsung selama 30 menit saja. “Tidak lama, karena warga baru juga saya tidak terlalu paham,” jelasnya. Dari pantauan terakhir Radar Jogja, kos-kosan milik Suprihatin tampak sepi. Hanya ada beberapa warga yang lalu lalang dan anak-anak yang tengah bermain sepeda di sekitar kos. (cr2/ila/mg1)