MEMASUKI usia Pemkot Jogja ke-71, berbagai infrastruktur bakal lebih tertata rapi. Dua jalan protokol yaitu Jalan Malioboro dan Jalan Suroto akan mendapatkan sentuhan istimewa. Kemudian, Jalan Solo mulai digarap tahun 2019.
Ketiga jalan itu memiliki karakter masing-masing. Jalan Malioboro berkarakter street furniture, sedangkan di Jalan Suroto tetap mempertahankan ciri saat ini. Sebuah kota yang rindang dan banyak pepohonan besar.
“Trotoarnya akan memperkuat ciri sebagai garden city. Sedangkan Jalan Solo masih dikaji mendalam dengan melibatkan berbagai unsur,” ujar Wakil Wali Kota Heroe Poerwadi beberapa waktu lalu.
“Jika bangunan di Malioboro jelas bermacam-macam karakter seperti ada sentuhan hindis dan ada pecinan. Sedangkan di Jalan Suroto sangat kuat karakter hindis,” sambungnya.
Proyek revitalisasi Jalan Suroto saat ini sudah proses lelang. Pemkot Jogja telah menganggarkan pembangunan jalur pedestrian di Jalan Suroto tersebut sekitar Rp 15,5 miliar. Dana tersebut bersumber dari dana keistimewaan.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Perumahan dan Kawasan Permukiman (PUPKP) Kota Jogja Agus Tri Haryono menjelaskan, proyek revitalisasi di Jalan Suroto April lalu masuk pelelangan.
“Mei diharapkan proyek bisa dimulai,” katanya.
Dia menjelaskan, selain revitalisasi trotoar dan taman, saluran air di Jalan Suroto juga diperbaiki. Saluran air di jalan kawasan cagar budaya tersebut sudah berumur puluhan tahun. Bahkan, lebih lama dari usia Pemkot Jogja.
“Pekerjaan ini sepenuhnya didanai dengan dana keistimewaan sekitar Rp 9,5 miliar untuk trotoar dan Rp 6 miliar untuk saluran air,” katanya.
Revitalisasi trotoar akan dilakukan dengan melebarkan trotoar dari semula 1,1 meter menjadi 2,1 meter. Serta menambah sejumlah furniture seperti bangku dan tiang listrik. Ornamen-ornamen itu untuk membangun suasana kawasan indis di kawasan cagar budaya Kotabaru.
Pelebaran trotoar tersebut tidak akan mengurangi lebar jalan atau menggunakan persil milik warga, tapi dilakukan dengan mengubah saluran air hujan yang semula terbuka menjadi saluran air hujan tertutup.
“Nantinya, saluran air hujan akan berada di bawah trotoar,” katanya.
Trotoar, lanjut dia, akan dilengkapi dengan guiding block untuk memberikan kenyamanan bagi penyandang disabilitas. Bentuknya bahkan akan dibuat menyambung meskipun berada di “in gang”.
Pekerjaan revitalisasi tidak hanya berhenti pada penataan pedestrian di sepanjang Jalan Suroto saja, tapi juga akan dilakukan terhadap taman atau boulevard yang ada di tengah Jalan Suroto.
Berdasarkan gambar perencanaan, pot tanaman di sepanjang boulevard akan dibuat lebih rendah dan tidak dilakukan pemotongan pohon perindang.
“Di boulevard juga akan diberi tambahan fasilitas pendukung seperti kursi dan lampu. Kami ingin mewujudkan ruang yang aman, nyaman, dan mendukung produktivitas yan berkelanjutan,” katanya.
Revitalisasi trotoar ini akan memperlebar sekitar dua kilometer untuk trotoar di sisi timur dan barat Jalan Suroto. Trotoar akan menggunakan bahan teraso berwarna keabu-abuan serta dilengkapi ornamen yang mendukung citra kawasan Kotabaru sebagai kawasan indis.
“Desain lampu dan kursi pun akan disesuaikan dengan kawasan. Dari masukan yang kami peroleh, tiang lampu akan dicat putih,” katanya. (adv)