Lebaran Justru Tersibuk karena Padatnya Kereta Ap

Sukadi,44, sudah hampir delapan tahun mengabdi sebagai pejaga palang pintu rel kereta api. Sebuah profesi yang cukup penting dalam menjaga keselamatan banyak orang. Selama itu pula, dia kerap tidak bisa berlebaran bersama keluarga karena harus tetap bekerja.

Bahana, Jogja

Ruang kerja Sukadi, warga Nanggulan, Kulonprogo ini tidak luas. Di dalam ruang berukuran 3×3 meter itu hanya terdapat meja operator, kursi, dan lemari kecil. Pada dinding ruang, tertempel berbagai kertas berisi jadwal kereta api yang akan melewati perlintasan.

Dari meja operator, sebuah lampu berwarna merah menyala disertai suara khas di lintasan pintu kereta api. Di saat siyal itu menyala, tandanya Sukadi harus memutar tombol penutupan palang pintu lintasan. Tak berapa lama kemudian, kereta api menderu melintasi Pos 739, HOS Cokroamito, Jogja tempat tugasnya.

Bagi Sukadi, libur Lebaran menjadi masa-masa tersibuk dalam menjaga pintu perlintasan. Bagaimana tidak, arus kereta api yang melintas lebih padat dibandingkan dengan waktu reguler. “Karena ada penambahan kereta saat lebaran. Jadi lebih padat,” kata Sukadi yang hari itu mendapatkan waktu jaga dari pukul enam pagi.

Sehari, waktu jaga Sukadi selama delapan jam. Dalam sehari, ada tiga petugas bergantian jaga. Selama delapan jam tersebut, sedikitnya terdapat 29 kereta api yang melintas. Pada masa libur Lebaran seperti tahun ini, masih ketambahan 15 kereta.

Sudah empat tahun lamanya Sukadi mendapat tugas berjaga di palang pintu kerata api di Jalan HOS Cokroaminoto ini. Sebelum menjadi petugas jaga palang pintu, dia pernah bertugas di pengecekan jalan kereta api. “Sebelumnya juga pernah jaga di pos Tugu dan Soragan,” kata bapak tiga anak ini.

Nah, Lebaran kali ini, Sukadi dipastikan tidak bisa menjalankan salat Idul Fitri bersama keluarga. Sebab pada hari itu, bertepatan dengan jatahnya waktu jaga pagi. Menurut dia, hal itu sesuatu yang biasa dia jalani. Sama halnya seperti tahun-tahun sebelumnya.”Memang sudah tugas, keluarga pun memahami,” katanya.

Setelah itu, kesempatan berkumpul bersama keluarga baru benar-benar dilakukan setelah selesai menjalankan tugas. Waktu Lebaran, biasanya pun dihabiskan untuk bersilaturahmi ke orang tua dan juga kerabat terdekat. “Petugas jaga seperti kami, Lebaran nggak bisa ke mana-mana karena padat-padatnya kereta melintas,” katanya.

Bertugas sebagai penjaga palang pintu perlintasan kereta, sekilas tampak mudah, karena hanya melakukan  buka tutup palang pintu kereta. Namun, di balik itu terdapat tantangan tersendiri. Terutama, bagi para petugas yang mendapatkan jam kerja pada malam hari.

Bagaimana tidak, mereka yang bertugas di malam hari, harus mampu mengatasi rasa bosan dan kantuk yang kerap menerpa. Hal itu cukup wajar, karena selama bertugas, mereka hanya berteman berbagai tombol di meja operator. Hanya riuh dari radio lock saja yang dapat memecah kesunyian di malam hari. ”Kalau mulai ngantuk, biasanya saja beranjak dari kursi, cari angin berjalan disekitar ruang kerja. Cuma itu yang bisa dilakukan,” ujarnya.(din/ong)